Download Materi Kajian Islami

Wednesday 6 February 2013

Sahabat, Jalan Pengabdian pada Zat Yang Maha Sempurna


“Jika kita harapkan dapat teman tanpa cela, maka jangan berteman dengan manusia, bertemanlah dengan malaikat. Jika kita inginkan tempat yang sempurna, jangan bertempat di dunia, tapi bertempatlah di surga. Kita ada di dunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk menjadi teman atau sahabat, bukan juga untuk mengejar kesempurnaan dunia yang hanya sesaat, tapi kita ada di dunia adalah untuk belajar mengerti seseorang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna dan memahami kata yang tak sempurna untuk mengabdi pada Zat Yang Maha Sempurna”.


                Teringat seorang guru sosiologi ketika SMA mengatakan bahwa manusia adalah makhluk  “zoon politicon” artinya mahluk yang hidup secara berkelompok, maka manusia akan merasa penting berorganisasi demi pergaulan maupun memenuhi kebutuhannya. Dengan kata lain manusia membutuhkan seseorang selain dirinya untuk hidup. Entah itu untuk dijadikan teman bicaranya, atau hanya sekedar suatu manfaat yang hendak diperoleh (pendidikan, kesehatan, jual beli, dll). Sejak kita dilahirkan ke dunia, untuk pertama kalinya bisa bernafas, untuk pertama kalinya bisa melihat indahnya dunia, hingga sekarang yang mungkin sudah berumur belasan atau bahkan puluhan tahun, kita tidak pernah bisa hidup tanpa orang lain.
                Tentu keluarga adalah yang pertama kali kita butuhkan di kehidupan ini. Sesosok ibu yang rela terjaga sepanjang malam untuk memastikan kebaikan anaknya, sesosok ayah yang tanpa lelah bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dan sesosok kakak yang dengan sabarnya menjaga seorang adik dari setiap bahaya yang mendatanginya.
                Tapi, ada sesosok lain yang tidak kalah pentingnya dengan keluarga kita. Dia adalah sahabat. Betapa tidak, sahabat adalah seseorang yang selalu ada ketika kita suka maupun duka. Sahabat adalah sesosok yang selalu mendengarkan keluhan dan setiap ocehan kita. Sahabat selalu menerima kekurangan kita. Sahabat memberi dengan tulus. Dia selalu berusaha mengerti tidak hanya ingin dimengerti. Itulah gambaran sahabat yang ideal yang kita inginkan, yang terkadang kita lupa apakah kita sendiri sudah menjadi sahabat yang seideal dengan apa yang kita tuntut terhadap orang lain.
                Terkadang apa yang kita lalui dalam persahabatan tak selamanya mulus dan indah. Terkadang membuat melelahkan dan menjengkelkan. Tapi itulah pendewasaan persahabatan. Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya. Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti, diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian.
                Sahabat pun hanya manusia biasa, tak kan pernah sempurna. “Jika kita harapkan dapat teman tanpa cela, maka jangan berteman dengan manusia, bertemanlah dengan malaikat.” Hati manusia hanya bisa mencintai sekejap, kaki hanya bisa melangkah sejauh lelah, tapi sebuah persahabatan adalah keabadian yang tidak ternilai.
                Sahabat yang sejati adalah yang selalui mencintaimu karena Allah dan membencimu karena Allah. Ia akan mengatakan kebenaran walaupun pahit bagimu. Maka sahabat yang sejati adalah seseorang yang terus membuatmu mendekatkan diri kepada Allah. Karena hakikat hidup adalah pengabdian seutuhnya pada Sang Pencipta. Maka sahabat adalah jalan bagi pengabdian kita kepada Zat  Yang Maha Sempurna.

Tresna Mustikasari (Tremusa)

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan menggunakan bahasa yang sopan, jika tidak maka admin akan memasukkannya dalam kategori spam.

Anggaran IKN Melambung Tinggi: Untuk siapa?

              Meski banyak pro kontra sejak diwacanakannya, pemindahan ibu kota negara  Indonesia yang lebih dikenal sebagai Ibu Kota Nusant...