Download Materi Kajian Islami

Friday 24 May 2013

Kontes Miss World, Menjatuhkan Martabat Kaum Muslim




Sejak April 2013 beramai-ramai ormas islam dan juga majelis ulama tingkat kabupaten atau daerah tertentu menyuarakan penolakan diadakannya Miss World di Indonesia. Perhelatan akbar dunia ini direncanakan akan dilaksanakan pada September 2013 di Bali dan Bogor. Mungkin masyarakat Bali tak ambil pusing dengan rencana ini, karena mayoritas penduduknya beragama non muslim, namun bagi Bogor, salah satu kota agamis di Jawa Barat ini sontak menjadi persoalan tersendiri.

Sebenarnya di provinsi manapun Miss World itu digelar, menjadi suatu permasalahan bagi muslim. Karena dunia melihat Negara penyelenggaranya, bukan wilayah penyelenggaranya. Otomatis Indonesian lah yang jadi sorotan, bukan Bali dan juga bukan Bogor. Sedangkan kita tahu bahwa, Indonesia merupakan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia. Maka secara tidak langsung, Indonesia menjadi representatif kaum muslim di dunia. Apapun yang Indonesia lakukan akan selalu dikaitkan dengan islam. Hal ini lah yang mengindikasikan bahwa jika Miss World ini berhasil digelar di Indonesia, maka akan menjatuhkan martabat kaum muslim. Kemuliaan yang selama ini dijanjikan islam terhadap wanita sirna sudah dalam pandangan dunia.

Mengapa Miss World akan menjatuhkan martabat kaum muslim? Setidaknya ada tiga faktor penyebab terjadinya hubungan linier antara Miss World dengan jatuhnya martabat muslim.

Pertama, inkonsistensi Islam. Itulah kiranya hal pertama yang ada dibenak non muslim ketika Miss World digelar di Indonesia. Islam yang dalam kitabnya, Al-Qur’an, dengan sangat jelas memerintahkan wanitanya (baca: muslimah) untuk menutup auratnya dari ujung rambut sampai ujung kaki sangat kontradiktif dengan ajang Miss World. Di satu sisi memerintah harus menutup seluruh tubuhnya, di sisi lain membuka hampir semua tubuhnya dalam kontes bikini yang menjadi icon dan daya tarik utama pengkonsumsi Miss World. Memang, islam berbeda dengan muslim. Namun, orang non islam, apalagi musuh besar islam tidak melihat apakah itu islam, apakah dia muslim. Yang jelas dalam benak mereka apa yang dilakukan muslim maka itu akibat dogma islam. Maka, jika hal ini terjadi semakin menguatkan rasa kebencian musuh islam terhadap islam akibat ajaran islam yang mereka nilai inkonsisten.

Kedua, Miss World bentuk eksploitasi perempuan. Orang awam mungkin merasa bangga dengan diadakannya acara kelas dunia di Negaranya. Namun, bagi orang yang mampu menganalisa lebih mendalam dan berpikiran politis, hal ini justru merupakan bentuk eksploitasi terhadap perempuan. Hal ini senada dengan pernyataan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan , Dr.Daoed Joesoef dalam memoarnya “Dia dan Aku: Memoar Pencari Kebenaran” (Jakarta: Kompas, 2006).

”Pemilihan ratu-ratuan seperti yang dilakukan sampai sekarang adalah suatu penipuan, di samping pelecehan terhadap hakikat keperempuanan dari makhluk (manusia) perempuan. Tujuan kegiatan ini adalah tak lain dari meraup keuntungan berbisnis, bisnis tertentu; perusahaan kosmetika, pakaian renang, rumah mode, salon kecantikan, dengan mengeksploitasi kecantikan yang sekaligus merupakan kelemahan perempuan, insting primitif dan nafsu elementer laki-laki dan kebutuhan akan uang untuk bisa hidup mewah. Sebagai ekonom aku tidak a priori anti kegiatan bisnis. Adalah normal mencari keuntungan dalam berbisnis, namun bisnis tidak boleh mengenyampingkan begitu saja etika. Janganlah menutup-nutupi target keuntungan bisnis itu dengan dalih muluk-muluk, sampai-sampai mengatasnamakan bangsa dan negara,” tulis Daoed Joesoef.

Lagi-lagi, ketika Miss World disahkan digelar di Indonesia, sesuai dengan pernyataan di atas akan semakin mengukuhkan kebencian kalangan tertentu, terutama pemerhati nasib perempuan (misal aliran feminis) terhadap islam. Mengapa? Karena yang memiliki kuasa dalam mengizinkan pergelaran ini adalah penguasa-penguasa yang notabene beragama islam. Sehingga lagi-lagi mereka menyimpulkan suatu premis yang salah, ‘muslim’ (penguasa islam) sama dengan ‘islam’. Maka, islam sama dengan membisniskan dan mengeksploitasi perempuan.

Ketiga, diskriminasi Perempuan. Miss World yang rajin diselenggarakan tiap tahunnya kerap mendulang keuntungan yang membludak tiap tahunnya. Miss World yang berpusat di London ini membuat waralaba (franchise) ajang tersebut dan sudah dibeli di 130 negara. Konon pemirsa acara ini mencapai puncak ketika ada 27,5 juta pasang mata di Inggris yang menontonnya. Itu hanya di Inggris, bisa dibayangkan jika 130 Negara menayangkan ini, berapa banyak orang yang menikmati pesona keindahan tubuh perempuan? Dan dapat dipastikan, mayoritas penontonnya adalah kaum adam. Hal ini dikarenakan kecantikan adalah poin pentingnya. Meski memang dikatakan tidak hanya kecantikan yang menjadi kriteria penilaian, tapi juga termasuk kecerdasan, kepiawaian dalam bersosialisasi, danlainnya. Namun tetap saja, kecantikan adalah alasan utama orang beramai-ramai menonton acara ini. Kecantikan adalah magnet penyebab Miss World laku di pasaran dan mendunia. Sedang semua orang tahu, cantik adalah suatu hal yang relatif. Ketika cantik didefinisikan sebagai wanita berkulit putih, berhidung mancung, berperawakan tinggi, bertubuh langsing, dan standar-standar duniawi lainnya, lantas bagaimana dengan nasib perempuan yang cacat, berperawakan pendek, dan segudang kekurangan lainnya?

Ketika dunia men-judge cantik itu adalah ‘ini’ dan ‘ini’, maka akan timbul dibenak wanita bahwa ‘Tuhan tidak adil, karena telah menakdirkan saya menjadi wanita jelek’. Padahal, islam menegaskan bahwa tidak ada perbedaan antara manusia satu dengan yang lainnya, yang membedakan adalah ketakwaannya. Maka, cantik dalam islam adalah muslimah yang bertakwa, yang menjalankan seluruh perintah Allah, dan menjauhi seluruh larangan Allah. Jika standar cantik itu takwa, maka setiap orang bisa menggapainya, namun jika standar cantik  adalah fisik, maka orang tidak mampu merubahnya selain dengan beroperasi plastik, menyalahi qada’ Allah, membahayakan diri sendiri, dan tentu hanya orang berduit saja yang bisa melakukannya. Tidak adil!

Ini semakin mengukuhkan wajah islam di muka dunia yang kejam dan tak adil. Padahal kemerosotan moral serta kemunduran yang terjadi pada dunia islam saat ini bukan karena ajaran islamnya, tapi karena orangnya yang tidak menjadikan islam sebagai pedoman hidupnya. Sadarlah saudaraku semua, kita memegang tanggung jawab besar di pundak kita. Bukan hanya citra diri kita saja, atau keluarga kita, atau almamater kita, tapi yang paling berat adalah ada islam di pundak kita. Kita, kaum muslim di Indonesia menjadi cerminan dan sampel islam di mata dunia. Maka, sudah selayaknya kita menjunjung tinggi ajaran islam ini, karena jika sedikit saja muslim di Indonesia melakukan sesuatu yang salah, maka dengan pasti islam pun menjadi salah di mata internasional.

Sadarlah saudaraku, Miss World dan ajang ratu-ratu-an lain itu tidak sesuai dengan islam. Kontes ini berasal dari dunia Barat yang jauh dari ajaran-ajaran luhur islam. Kontes ini pertama kali dilangsungkan tahun 1951 di Inggris. Kontes ini diselenggarakan pertama kali oleh Eric Morley. Sebutan kontes itu awalnya adalah ‘Bikini Contest Festival’, sebelum media kemudian menyebutnya sebagai Miss World. Jelas! Ini tidak sesuai dengan islam. Maka, tidak ada alasan lagi bagi kita untuk menolak ajang kemaksiatan ini.

Wallohu’alam bi ashowab.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan menggunakan bahasa yang sopan, jika tidak maka admin akan memasukkannya dalam kategori spam.

Anggaran IKN Melambung Tinggi: Untuk siapa?

              Meski banyak pro kontra sejak diwacanakannya, pemindahan ibu kota negara  Indonesia yang lebih dikenal sebagai Ibu Kota Nusant...