Layaknya hujan
yang tak kunjung reda, begitulah fitnah dan kedzaliman menimpa kaum muslim.
Mulai dari kedzaliman sepanjang masa, seperti penzdaliman atas muslim di
Palestina dan Dunia Timur Tengah lainnya, hingga fitnah yang bersifat kontemporer, seperti isu terorisme,
intoleransi beragama, radikal dan lain sebagainya. Semua itu tak pernah lepas
dari kaum muslimin. Bagaikan sporadis yang kian menjamur tak kenal medan.
Kini, sebuah
film kontrofersial “Innocence of Muslims”, sebuah fitnah yang sangat-sangat
besar untuk Rasulullah saw, orang pertama yang paling berpengaruh di dunia,
mencuat ke permukaan. Bukan tanpa alasan, seorang warga California, Amerika
Serikat, Sam Bacile (semoga Allah
melaknatnya!) berdalih membuat film yang teramat murahan itu untuk
mengekspos kelemahan islam, yang tidak lain adalah represetasi dari
kebenciannya yang teramat dalam terhadap islam. Sungguh, berita atas kebencian
mendalam orang kafir ini terhadap islam sudah Allah peringatkan dalam
Al-Qur’an. Tapi hanya sedikit, bahkan secuil orang yang sadar atas peringatan
Allah itu. Sebagian besar malah bersilat lidah dan mencari muka di depan para
kafir laknatullah itu! Termasuk para pemimpin di negeri-negeri islam saat ini.
Mereka menjadi pengekor kaum kafir laknatullah. Buktinya, tak ada satu orang
pun pemimpin negeri Islam yang berani bertindak tegas atas penghinaan keji yang
dilakukan Sam Bacile terhadap Rasulullah.
Namun sayang
sungguh sayang, ketika para pemimpin negeri islam bermental tempe itu tidak
mampu bertindak tegas, hukum di Negara pelaku pun tidak mampu bertindak banyak
atas perbuatan keji Sam Bacile. Alih-alih menghukumi perbuatan dustanya, tapi
justru tak satu pasal pun yang mampu menjeratnya. Kebebasan berekspresi adalah
alasan utamanya. Demokrasi adalah penyebabnya. Kapitalisme adalah biangnya.
Sungguh
kebebasan dalam demokrasi adalah kebebasan yang absurd! Bukankah memakai jilbab
bagi para muslimah di seluruh pelosok negeri sebuah kebebasan? Tapi mengapa
Marwa Al-Syarbini malah harus mengorbankan nyawa untuk dapat berjilbab di
Jerman? Tapi mengapa para siswi islam di Perancis dikeluarkan ketika mengenakan
jilbab di sekolahnya? Tapi mengapa para pejuang islam meyuarakan syari’ah islam
dianggap radikal dan bukan kebebasan berpendapat? Apakah makna sebenarnya
“kebebasan” itu adalah kebebasan bagi para kaum liberal dan kafirun selain
islam dan bermakna penindasan bagi kaum muslimin? Jika memang benar demikian,
betapa tidak adilnya demokrasi memperlakukan kaum muslimin.
Wahai para
pembaca yang budiman. Betapa saya sangat terluka atas keadaan islam dan kaum
muslimin saat ini. Tidak kah Anda pun merasakannya? Sungguh, tidak ada yang
mampu lagi menjaga kehormatan kaum muslimin saat ini. Tidak ada yang mampu
membela kaum muslimin lagi saat ini. Kehormatan islam akan kembali terjaga
hanya dengan adanya seorang pemimpin kaum muslim yang adil (Khalifah). Dan
semoga “Innocence of Muslims” ini adalah sebagai alarm bagi tidur panjangnya
kaum muslimin. Semoga kini umat muslim seluruh dunia bangun dan tersadar akan
pentingnya menyatukan aqidah islamiah mereka dalam satu naungan institusi kaum
muslim dunia yang akan menjaga martabat dan kehormatan kaum muslim seluruh
dunia. Aamiin.. Wallohu ‘alam bi
ashowab.