Ketika kita sedang berada dalam suatu komunitas, kelompok dakwah, atau bahkan suatu kumpulan tak bermakna sekalipun seleksi alam seringlah terjadi. Tapi terkadang keadaan tersebut malam membuat kita menjadi patah semangat dan pesimis dalam mencapai tujuan semula kita. Malah tak jarang kita pun meragukan keberadaan kita dalam kelompok dakwah tersebut, apakah itu jalan yang di ridhai Allah atau tidak.
“Dia yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa dan Maha Pengampun” (TQS. Al-Mulk [67] : 2)
Begitulah cara Allah menunjukkan tingkat amal seseorang. Seiring dengan berjalannya waktu, kita akan melihat siapakah yang benar-benar ikhlas dalam mengemban kewajiban amar makruf nahi mungkar ini dan siapakah yang justru niatnya bukan semata-mata hanya karena Allah.
Kesulitan, kekurangan rezeky, waktu yang sempit, tenaga terkuras, pikiran terkuras, ditolak orang, dicemooh orang, itulah segelintir ujian yang biasa datang pada seorang pengemban dakwah. Namun, apakah pantas bagi kita untuk mundur hanya dengan ujian yang tidak seberapa dibandingkan dengan ujian yang datang pada Rasulullah? Bacalah kembali di Sirah Nabawiyah bagiamana dulu Rasulullah berjuang mengemban agama yang haq ini. Apakah perjalanannya mudah? Ingatkah saudaraku, ketika dulu Rasulullah diludahi? Ketika dulu Rasulullah dilempari kotoran unta? Ketika Rasulullah di fitnah sebagai tukang sihir? Apakah sebanding pengorbannanya dengan pengorbanan kita sekarang?
Sungguh, kesulitan dan kemudahan, sempit dan lapang, kaya dan miskin adalah ujian bagi kita. Yang terpenting sekarang adalah seberapa besar ketaqwaan kita kepada Allah, seberapa yakinkah kita terhadap janji kemenangan dari Allah, dan seberapa besar kesabaran kita untuk tetap istiqomah dalam jalan dakwah ini. Ingat, seleksi itu sunnatullah dan fitrah. Bagaimana dulu ketika kita pun terpilih terlahir didunia ini atas seleksi yang sangat ketat. Kurang lebih 280 juta sel sperma yang ada hanya sperma kita yang mampu bertahan sampai akhir.
Maka dari itu, bagi kita yang masih bertahan dan tetap istiqomah dalam jalan dakwah ini, jangan lah menciut dan ragu karena melihat saudara kita yang berguguran. Do’akanlah saudara kita agar tetap berjuang menegakkan kembali keagungan aturan Allah di bumi Allah ini walau tak lagi bersama-sama dengan kita. Insya Allah, kita dikumpulkan kembali di Jannah-Nya kelak. Aamiin…
Bila dakwah itu bagaikan pohon, ada saja daun-daun yang berguguran. Tetapi pohon dakwah itu tak pernah kehabisan untuk menumbuhkan daun-daun baru, sementara daun yang berjatuhan hanya akan menjadi sampah sejarah. Teruslah bergerak hingga kelelahan itu lelah mengikutimu. Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu. Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu. Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu. Teruslah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu. Semoga kita adalah orang-orang unggulan dalam dakwah ini dan bukan menajdi daun-daun yang berguguran, semoga jalan ini yang akan mengumpulkan di Jannah-Nya kelak..
Wallohu a’lam bi ash-showab..