Download Materi Kajian Islami

Thursday, 12 January 2012

Seleksi Itu Sunatullah dan Fitrah




Ketika kita sedang berada dalam suatu komunitas, kelompok dakwah, atau bahkan suatu kumpulan tak bermakna sekalipun seleksi alam seringlah terjadi.  Tapi terkadang keadaan tersebut malam membuat kita menjadi patah semangat dan pesimis dalam mencapai tujuan semula kita. Malah tak jarang kita pun meragukan keberadaan kita dalam kelompok dakwah tersebut, apakah itu jalan yang di ridhai Allah atau tidak.
“Dia yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa dan Maha Pengampun” (TQS. Al-Mulk [67] : 2)

Begitulah cara Allah menunjukkan tingkat amal seseorang. Seiring dengan berjalannya waktu, kita akan melihat siapakah yang benar-benar ikhlas dalam mengemban kewajiban amar makruf nahi mungkar ini dan siapakah yang justru niatnya bukan semata-mata hanya karena Allah.
Kesulitan, kekurangan rezeky, waktu yang sempit, tenaga terkuras, pikiran terkuras, ditolak orang, dicemooh orang, itulah segelintir ujian yang biasa datang pada seorang pengemban dakwah. Namun, apakah pantas bagi kita untuk mundur hanya dengan ujian yang tidak seberapa dibandingkan dengan ujian yang datang pada Rasulullah? Bacalah kembali di Sirah Nabawiyah bagiamana dulu Rasulullah berjuang mengemban agama yang haq ini. Apakah perjalanannya mudah? Ingatkah saudaraku, ketika dulu Rasulullah diludahi? Ketika dulu Rasulullah dilempari kotoran unta? Ketika Rasulullah di fitnah sebagai tukang sihir? Apakah sebanding pengorbannanya dengan pengorbanan kita sekarang?
Sungguh, kesulitan dan kemudahan, sempit dan lapang, kaya dan miskin adalah ujian bagi kita. Yang terpenting sekarang adalah seberapa besar ketaqwaan kita kepada Allah, seberapa yakinkah kita terhadap janji kemenangan dari Allah, dan seberapa besar kesabaran kita untuk tetap istiqomah dalam jalan dakwah ini. Ingat, seleksi itu sunnatullah dan fitrah. Bagaimana dulu ketika kita pun terpilih terlahir didunia ini atas seleksi yang sangat ketat. Kurang lebih 280 juta sel sperma yang ada hanya sperma kita yang mampu bertahan sampai akhir. 
Maka dari itu, bagi kita yang masih bertahan dan tetap istiqomah dalam jalan dakwah ini, jangan lah menciut dan ragu karena melihat saudara kita yang berguguran. Do’akanlah saudara kita agar tetap berjuang menegakkan kembali keagungan aturan Allah di bumi Allah ini walau tak lagi bersama-sama dengan kita. Insya Allah, kita dikumpulkan kembali di Jannah-Nya kelak. Aamiin…
Bila dakwah itu bagaikan pohon, ada saja daun-daun yang berguguran. Tetapi pohon dakwah itu tak pernah kehabisan untuk menumbuhkan daun-daun baru, sementara daun yang berjatuhan hanya akan menjadi sampah sejarah. Teruslah bergerak hingga kelelahan itu lelah mengikutimu. Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu. Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu. Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu. Teruslah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu. Semoga kita adalah orang-orang unggulan dalam dakwah ini dan bukan menajdi daun-daun yang berguguran, semoga jalan ini yang akan mengumpulkan di Jannah-Nya kelak..

Wallohu a’lam bi ash-showab..

Tuesday, 10 January 2012

Evaluasi Akhir Tahun 2011



Tidak terasa kita sudah tiba di penghujung akhir tahun 2011. Tentu kita masih ingat dengan berbagai peristiwa politik yang terjadi di Indonesia. Mulai dari reshuffle pertama di bulan Februari dan yang ke dua di bulan Oktober yang dengan jelas mencerminkan kegagalan pemerintahan SBY. Juga DPR yang mencanangkan ingin membuat gedung DPR baru yang mewah yang padahal tidak sejalan dengan kinerjanya. DPR, yang katanya perwakilan rakyat ini terus bersenang-senang dengan kemewahannya. Milyaran rupiah sanggup dikeluarkan untuk pelantikan DPR yang hanya beberapa jam saja. Kocek negara terkuras habis hanya untuk membiayai pelesiran para pejabat yang tak tau diri.
Dari segi kebijakan, di tahun ini pemerintah mengeluarkan UU yang pro terhadap pemilik modal atau kepentingan suatu kelompok saja, bukan masyarakat. Misalnya saja keikutsertaan Indonesia dalam perjanjian perdagangan bebas China-ASEAN (CAPTA) yang justru malah menjadi tindakan bunuh diri ekonomi Indonesia, penghapusan subsidi BBM yang semakin menyengsarakan rakyat, Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang merugikan rakyat, RUU Perguruan Tinggi (PT) yang semakin mempertegas slogan “Orang miskin tidak berhak sekolah”, serta UU Intelejen yang semakin mencerminkan arah perubahan pemerintahan yang semakin jelas menuju pemerintahan yang refresif dan liberal.
Dari segi keamanan Nasional, semakin banyak isu-isu politis yang meyudutkan ummat muslim dengan propaganda terorisnya. Bom Cirebon, bom Solo, serta mencuatnya islamophobia dengan maraknya NII, semakin memperkuat penyudutan terhadap para pejuang-pejuang islam, para pengemban dakwah yang berorientasi pada metode Rasulullah dan membawa ide syari’at islam yang kaffah.Kerusuhan massa yang terus terjadi, gejolak Papua yang selalu panas bagaikan daun kering yang mudah terbakar hanya dengan sulutan api kecil saja. Freeport yang tinggal selangkah lagi 100% penghasilannya dimakan asing, menyusul raibnya blok Natuna. Sedangkan TKI terus dibanggakan dan dijadikan komoditi utama yang menjadi devisa negara, padahal faktanya semakin besar angka kekerasan dan penganiayaan yang dialami para TKI khususnya TKW Indonesia.Maraknya kasus korupsi yang semakin terkuak layaknya kemunculan cacing-cacing tanah di musim hujan. Kasus Sri Mulyani dan Budiyono dengan Bank Centurynya, Nazaruddin, Gayus, Nurpati, Antasari dan Nunun yang seakan-akan menjadi benang kusut yang tak kan pernah diketahui dimana ujungnya.
Itulah segelintir catatan akhir tahun yang jika dipreteli satu persatu kegagalan pemerintahan SBY mungkin tidak cukup hanya dengan satu atau dua lembar kertas saja. Kegagalan pemerintahan saat ini semakin diperjelas dengan adanya aksi bakar diri mahasiswa yang kecewa terhadap kinerja pemerintah.
Menilik dari catatan di atas, sampailah pada kesimpulan bahwa: pertama, system yang tidak bersumber dari Allah SWT, pasti akan menimbulkan kerusakan dan akhirnya tumbang. Kedua, sekuat apa pun sezim yang otoriter, korup, menindas rakyat dan durhaka kepada Allah SWT, meski telah dijaga dengan kekuatan senjata dan dukungan oleh Negara adidaya, cepat atau lambat pasti akan tumbang dan tersungkur secara tidak hormat. Misalnya saja seperti jatuhnya Ben Ali, Mubarak, Qaddafi, Ali Abdullah Saleh, dan lain-lain. Ketiga, oleh karena itu, bila kita ingin sungguh-sungguh lepas dari berbagai persoalan yang tengah membelit negeri ini, maka kita harus memilih system yang baik dan pemimpin yang amanah.
Sistem yang baik hanya mungkin datang dari Dzat yang Maha Baik, itulah Syari’ah Allah dan pemimpin yang amanah adalah yang mau tunduk pada system yang baik itu.
Wallahua’lam bi ash-shawab. 

Anggaran IKN Melambung Tinggi: Untuk siapa?

              Meski banyak pro kontra sejak diwacanakannya, pemindahan ibu kota negara  Indonesia yang lebih dikenal sebagai Ibu Kota Nusant...