Tidak terasa kita sudah tiba di penghujung akhir tahun 2011. Tentu kita masih ingat dengan berbagai peristiwa politik yang terjadi di Indonesia. Mulai dari reshuffle pertama di bulan Februari dan yang ke dua di bulan Oktober yang dengan jelas mencerminkan kegagalan pemerintahan SBY. Juga DPR yang mencanangkan ingin membuat gedung DPR baru yang mewah yang padahal tidak sejalan dengan kinerjanya. DPR, yang katanya perwakilan rakyat ini terus bersenang-senang dengan kemewahannya. Milyaran rupiah sanggup dikeluarkan untuk pelantikan DPR yang hanya beberapa jam saja. Kocek negara terkuras habis hanya untuk membiayai pelesiran para pejabat yang tak tau diri.
Dari segi kebijakan, di tahun ini pemerintah mengeluarkan UU yang pro terhadap pemilik modal atau kepentingan suatu kelompok saja, bukan masyarakat. Misalnya saja keikutsertaan Indonesia dalam perjanjian perdagangan bebas China-ASEAN (CAPTA) yang justru malah menjadi tindakan bunuh diri ekonomi Indonesia, penghapusan subsidi BBM yang semakin menyengsarakan rakyat, Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang merugikan rakyat, RUU Perguruan Tinggi (PT) yang semakin mempertegas slogan “Orang miskin tidak berhak sekolah”, serta UU Intelejen yang semakin mencerminkan arah perubahan pemerintahan yang semakin jelas menuju pemerintahan yang refresif dan liberal.
Dari segi keamanan Nasional, semakin banyak isu-isu politis yang meyudutkan ummat muslim dengan propaganda terorisnya. Bom Cirebon, bom Solo, serta mencuatnya islamophobia dengan maraknya NII, semakin memperkuat penyudutan terhadap para pejuang-pejuang islam, para pengemban dakwah yang berorientasi pada metode Rasulullah dan membawa ide syari’at islam yang kaffah.Kerusuhan massa yang terus terjadi, gejolak Papua yang selalu panas bagaikan daun kering yang mudah terbakar hanya dengan sulutan api kecil saja. Freeport yang tinggal selangkah lagi 100% penghasilannya dimakan asing, menyusul raibnya blok Natuna. Sedangkan TKI terus dibanggakan dan dijadikan komoditi utama yang menjadi devisa negara, padahal faktanya semakin besar angka kekerasan dan penganiayaan yang dialami para TKI khususnya TKW Indonesia.Maraknya kasus korupsi yang semakin terkuak layaknya kemunculan cacing-cacing tanah di musim hujan. Kasus Sri Mulyani dan Budiyono dengan Bank Centurynya, Nazaruddin, Gayus, Nurpati, Antasari dan Nunun yang seakan-akan menjadi benang kusut yang tak kan pernah diketahui dimana ujungnya.
Itulah segelintir catatan akhir tahun yang jika dipreteli satu persatu kegagalan pemerintahan SBY mungkin tidak cukup hanya dengan satu atau dua lembar kertas saja. Kegagalan pemerintahan saat ini semakin diperjelas dengan adanya aksi bakar diri mahasiswa yang kecewa terhadap kinerja pemerintah.
Menilik dari catatan di atas, sampailah pada kesimpulan bahwa: pertama, system yang tidak bersumber dari Allah SWT, pasti akan menimbulkan kerusakan dan akhirnya tumbang. Kedua, sekuat apa pun sezim yang otoriter, korup, menindas rakyat dan durhaka kepada Allah SWT, meski telah dijaga dengan kekuatan senjata dan dukungan oleh Negara adidaya, cepat atau lambat pasti akan tumbang dan tersungkur secara tidak hormat. Misalnya saja seperti jatuhnya Ben Ali, Mubarak, Qaddafi, Ali Abdullah Saleh, dan lain-lain. Ketiga, oleh karena itu, bila kita ingin sungguh-sungguh lepas dari berbagai persoalan yang tengah membelit negeri ini, maka kita harus memilih system yang baik dan pemimpin yang amanah.
Sistem yang baik hanya mungkin datang dari Dzat yang Maha Baik, itulah Syari’ah Allah dan pemimpin yang amanah adalah yang mau tunduk pada system yang baik itu.
Wallahua’lam bi ash-shawab.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan menggunakan bahasa yang sopan, jika tidak maka admin akan memasukkannya dalam kategori spam.