Download Materi Kajian Islami

Wednesday, 6 February 2013

Pilkada Jabar 2013 Bertabur Artis, Rakyat Dilematis



Pemilihan gubernur Jawa Barat tinggal menghitung hari. Di Komisi Pemilihan Umum Jawa Barat tercatat ada lima pasang calon gubernur-wakil gubernur yang mendaftar. Kelima pasangan cagub-cawagub itu adalah: Dikdik Mulyana Arief Mansur-Cecep Nana Suryana Toyib (independen), Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki (PDIP), Dede Yusuf-Lex Laksamana (Demokrat, PAN, PKB, Gerindra), Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar (PKS, PPP, Hanura, PBB), dan Irianto MS Syafiuddin-Tatang Farhanul Hakim (Golkar).
Dari kelima pasang tersebut,  tiga diantaranya bermuatan artis. Ketiganya cukup familiar di telinga masyarakat. Rieke seorang perempuan asli Jabar yang sudah cukup lama bermain di kancah perpolitikan. Dede Yusuf sosoknya serta kerjanya telah masyarakat kenal sejak menjabat menjadi wagub bersama Aher. Dan yang terakhir Dedi Mizwar yang semua orang tau, dari kalangan mana pun ia, bagaimana sosok senior artis ini, plus dengan peran-peran acting-nya selama ini yang penuh dengan keisalaman.
Dilema Rakyat dan Pencitraan Semata
                Sungguh rakyat dibuat dilema dengan pilkada sekarang. Betapa tidak, mungkin saja satu keluarga akan terpecah suaranya. Sang Ayah dengan mantap memilih Rieke, karena dia adalah seorang pelanggan “Kuku Bima”. Sang Ibu dengan yakin memilih Dede Yusuf, karena ia pun selalu memilih “bodrex “ untuk mengatasi sakit kepalanya. Sang anak tak mau kalah, ia haqul yakin memilih Dedi Mizwar karena ia bercita-cita sebagai seorang atlet yang gemar makan “sozzis”. Lucu memang, tapi yang perlu saya tekankan disini, bukan bermaksud promosi, atau menyindir iklan tertentu, tapi inilah realita yang ada.
                Jika kita mau berpikir lebih jauh, sesungguhnya sosok-sosok yang mereka tampilkan hanyalah pencitraan semata. Jauh api dari panggang, itulah kiranya pribahasa yang cock untuk situasi yang ada pada pilkada Jabar saat ini. Mengapa demikian? Karena semua pasangan, bahkan tidak hanya di pilkada Jabar saja, tetapi semua calon dari suatu pemilu pasti akan mencalonkan orang yang memiliki kepopuleran tinggi di mata masyarakat, bukan kerja serta sumbangsihnya pada masyarakat.
Mengapa Bisa Terjadi?
                Jika kita lihat, pencitraan pada setiap pasangan pemilu sudah menjadi budaya di perpolitikan Indonesia. Jika kita buat siklusnya, maka yang terjadi adalah  mula-mula melakukan pencitraan di kampanye, yang tentunya memakan dana yangtidaklah sedikit. Setelah terpilih, langkah pertama adalah pengembalian modal yang telah dikeluarkan waktu kampanye, tentunya yang paling mudah tidak lain dan tidak bukan dengan KKN. Tahap selanjutnya setelah semua modal terkumpul, memutar cara kembali untuk pencitraan di pemilu selanjutnya. Sungguh ironis, kapan mereka akan mengurusi rakyat?
                Semuanya itu adalah akibat sistem yang Negara kita terapkan adalah Kapitalis Demokratis, yang justru memicu adanya budaya perpolitikan yang terjadi sekarang. Bisa kita perhitungkan, berapa kira-kira biaya yang diperlukan seseorang ketika mencalonkan sebagai misalnya cagub dan cawagub? Ratusan juta bahkan mencapai miliaran rupiah. Kira-kira dari mana uang sebanyak itu mereka dapat? Jadilah sebuah jabatan itu termotifasi oleh uang, bukan semata-mata memajukan rakyat.
                Selain telah nyata nampak kecacatan serta kerugian akibat adanya demokrasi ini, kita sebagai seorang muslim pun dengan jelas telah Allah peringatkan bahwa hanya aturan Allah lah yang berhak digunakan di bumi Allah ini. Sebagai analogi, ketika kita menjadi mahsiswa Universitas Padjadjaran, sudah barang tentu aturan yang kita pakai adalah aturan Universitas Padjadjaran, bukan aturan selain Itu. Begitupun dengan kita yang telah memilih islam, sudah tentu aturan yang kita pakai adalah aturan islam. Aturan Sang Maha Pencipta yang pasti tahu apa yang terbaik untuk ciptaan-Nya.
Jadi Solusinya?
                Tidak lah susah untuk medapatkan solusi dari kegalauan atau kedilemaan yang masyarakat Jabar sekarang rasakan. Apa itu? Tidak lain dan tidak bukan adalah dengan mengabaikan semua seruan serta rayuan manis menyesatkan dari semua para calon, karena mereka jelas-jelas tidak berdiri atas aturan islam. Aturan islam yang kaffah, bukan hanya islam individu. So, yang harus kita lakukan sekarang adalah terus memperjuangkan islam agar syari’ah islam segera diterapkan di Bumi Allah ini. Karena Islam the one solution, nothing else. Pertanyaannya sekarang, kita mau jadi penonton atau pemain? Pemain mana, pemain utama atau hanya sekedar pemain figuran? :D
Life is Choice..
Wallohu’alam bi ashowab..

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan menggunakan bahasa yang sopan, jika tidak maka admin akan memasukkannya dalam kategori spam.

Anggaran IKN Melambung Tinggi: Untuk siapa?

              Meski banyak pro kontra sejak diwacanakannya, pemindahan ibu kota negara  Indonesia yang lebih dikenal sebagai Ibu Kota Nusant...