Download Materi Kajian Islami

Monday, 3 June 2013

Nuclear Conqueror Woman

Ini cerpen ke-3 yang pernah saya buat [sampai selesai]. Dan memakan waktu terpendek selama sejarah pembuatan cerpen saya, hanya beberapa jam saja! Dikejar deadline. Haha, makanya wajar jauh banget dari sempurna.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ringkasan Cerpen:

Kini dunia memasuki atmosfer yang semakin panas. Bukan hanya suhu bumi yang panas, namun di segala bidang, politik, ekonomi, sosial, militer, budaya, serta teknologi pun semakin panas. Dunia terancam memasuki abad perang Dunia III!

Rusia, Iran, Korea Utara serta Cina berada di kutub yang berlawanan dengan Amerika, Israel serta Eropa. Indonesia yang merupakan negara bercita-cita tinggi untuk mengemban misi perdamaian dunia mau tidak mau ikut terlibat dalam perebutan hegemoni dunia ini. Sayangnya, pemerintah Indonesia tidak mampu bersikap netral dan lebih cenderung ke kutub sang Adidaya. Sikapnya menuai kecaman keras dari seluruh masyarakat, terutama tiga orang perempuan bersahabat yang masing-masing memiliki talenta tak diragukan dalam bidang sains. Mereka adalah Moeza sang ilmuan muda Fisika, Yasmin pecinta Kimia dan Zalati peneliti hayati.

Konflik memuncak ketika pemerintah Indonesia pada akhirnya terjebak oleh sang penguasa dunia untuk dapat menjadikan Indonesia sebagai pangkalan pembuatan senjata pemusnah masal yang ditargetkan akan diledakan di Cina dan Korea Utara.



Namun parahnya lagi, pihak Sosialis telah mencium rencana busuk Amerika dan kawanannya itu. Alhasil di Indonesia kini tak hanya bermain dari satu kepentingan saja, tapi berbagai kepentingan yang jelas-jelas tidak memperhatikan rakyat setempat dan bahkan lebih cenderung merugikan. Kepentingan tersebut mulai terasa ketika seluruh pasokan air dalam negeri terinfeksi virus buatan Rusia yang sengaja diproduksi untuk menghancurkan pangkalan militer Amerika di Indonesia. Selain itu, radiasi dengan intensitas tinggi mulai tak terkendali menyebar ke perkampungan warga di sekitar lokasi pembangunan reaktor nuklir tenaga berantai yang disiapkan langsung untuk memusnahkan pihak Sosialis. Lalu bagaimanakah nasib seluruh warga Indonesia?

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Nuclear Conqueror Woman
“Telah terjadi kematian secara masal dini hari tadi, pada Jum’at, 3 April 2020 pukul 01.00 WIB di Timika, Papua. Dilaporkan bahwa ada sekitar 50 warga yang tiba-tiba meninggal dengan kondisi tubuh penuh luka berdarah seperti orang yang terkena penyakit kusta. Disinyalir penyebab kematian warga tersebut akibat keracunan. Namun para peneliti dan ahli medis belum bisa memutuskan penyebab pasti kematian tersebut.”

“Berita yang aneh..”, bisik Moeza disela-sela kesedihannya melihat 50 nyawa warga yang hilang begitu saja.

Setiap pagi ia memang selalu menyempatkan untuk melihat berita, baik berita dalam negeri ataupun luar negeri. Dari pengamatan yang ia lakukan, hampir setiap hari terhitung sejak bulan lalu selalu ada kematian secara tiba-tiba yang diberitakan oleh media. Sungguh hati kecilnya merasa tertarik untuk mengetahui sebenarnya ada apa dibalik semua itu, namun kesibukan kerjanya di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) cukup menyita waktu. BATAN merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen, berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden. BATAN dipimpin oleh seorang Kepala dan dikoordinasikan oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi. Moeza termasuk salah satu ilmuan muda dari BATAN. Ia kurang lebih telah mendedikasikan dirinya selama dua tahun sebagai peneliti muda. Teknofisika Nuklir adalah keahliannya. Mengamati proses berkaitan dengan reaksi nuklir serta radiasinya dan pengukuran besaran-besaran fisisnya dalam rangka monitoring dan pengendalian proses tersebut sehingga pemanfaatan proses dan energi nuklir berlangsung secara terukur, terkendali serta aman terhadap pekerja, fasilitas, dan lingkungan merupakan aktivitas rutin baginya.

Menjadi ilmuan memang sudah menjadi cita-citanya sejak kecil. Meski memang terkadang cita-citanya sering berubah-ubah. Kadang ia ingin menjadi seorang dokter, kemudian ia ingin menjadi seorang astronot perempuan pertama di Indonesia, itu terinspirasi dari Neil Amstrong. Namun setelah memasuki SMA ia dengan sangat yakin ingin menjadi ilmuan muda peneliti Nuklir, mengingat pada massanya itu belum ada satu pun Nuklir dibangun untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Keinginan itu semakin memuncak ketika banyak prediksi dunia mengenai kepunahan Migas di dunia yang tak lama lagi akan habis, sehingga mengakibatkan harga listrik dan BBM semakin mengalami kelonjakan yang cukup drastis dan ini sangat membebani rakyat. Moeza terbilang pemerhati rakyat, karena ia tak pernah sedikit pun memalingkan perhatiannya pada penderitaan yang dialami rakyat, bahkan ia mewakafkan hidupnya untuk menjadi peneliti di BATAN, meski resiko tinggi yang ia hadapi dari radiasi yang bisa mengancam nyawa dan keturunannya. Tak sedikit orang yang meragukan kemampuannya, lebih banyak lagi orang yang menentangnya, terutama pihak keluarganya.

kriiiiiiiiiingggg…. kriiiiiiiiiingggg…. kriiiiiiiiiingggg….
Telpon di ruang kerjanya mendering.

“Halo, Assalamu’alaikum?”
Wa’alaikumsalam. Moeza, ini mamah, kamu lagi sibuk nak?”
“Oh mamah, tidak begitu sibuk, ada apa mah?”
“Sayang, kamu bisa cepat pulang hari ini? Om mu yang bekerja di Kalimantan sakit, sekarang dia dalam perjalanan menuju Bandung. Ibu khawatir ini adalah hari terakhirnya dapat melihatmu”
“Loh kok mamah bilang gitu? Memangnya om sakit apa mah?”
“Mamah juga gak tahu nak, tapi kata rekan kerja om, sekarang ini banyak pekerja lain yang juga sakit aneh, seperti penyakit kulit, bahkan tiga rekan kerja om yang lain ada yang telah meninggal akibat penyakit yang sama. Kamu harus pulang nak, keluarga lain sudah menunggumu juga. Wassalamu’alaikum
Wa’alaikumsalam”, dengan lesu ia menutup telponnya.

“Aneh, ada apa ini? Sakit kulit, secara tiba-tiba, menyebabkan kematian. Apa sakitnya om ada kaitannya dengan berita tadi pagi? Ah sudahlah, jangan berpikiran aneh Moeza, berita itu di Papua, sedang om di Kalimantan, sangat jauh dan tak masuk akal”, pikirnya dalam hati.

Bergegas ia pergi menuju rumah orang tuanya. Pikirannya tak menentu. Ia semakin terheran-heran dengan apa yang sekarang terjadi di negerinya. Semakin carut marut, kemiskinan dimana-mana, kelaparan dimana-mana, kebodohan dimana-mana. Padahal Indonesia adalah negeri yang sangat kaya, bahkan seniman lawas grup band Koesploes pun dalam syairnya mengatakan Indonesia adalah negeri surga. Tongkat, kayu dan batu pun bisa jadi tanaman. Migas berlimpah dimana-mana, gunung emas bertengger dengan kokohnya, berjuta ikan berenang dengan bebas di lautnya, burung cantik penghias langitnya, pohon menghijau menjadi peneduh pijakannya. Namun mengapa kekacauan ini terus terjadi dan semakin menjadi-jadi? Kebobrokan moral manusia saat ini menjadi momok menakutkan, kriminalitas terjadi dimana-mana, ibu bunuh anak, anak bunuh bapak, suami bakar istri, istri mutilasi suami, begitulah keadaannya. Ditambah dengan banyaknya kematian yang kini menghantui, nyawa manusia seakan-akan tak berharga lagi. Ia mulai lelah dengan perjuangannya, ia seakan-akan tak pernah berhasil membela tanah kelahirannya. Ia tak pernah sukses memperjuangkan hak saudaranya. Perlahan, air mata pun menetes dari sudut matanya.

“Om, om sakit kenapa?”, lirihnya lembut disamping Om tercintanya.
“Moeza, kamu sehat nak?”
“Ssstttttt.. bukan saatnya memikirkan orang lain om, yang terpenting sekarang keadaan om. Kenapa bisa begini om?”

“Om tidak tahu Moeza. Awalnya bersama kawan-kawan baik-baik saja, namun keadaan mulai berubah ketika om melihat helikopter tak dikenal memasuki perhutanan dekat perusahaan tempat om bekerja. Om yakin itu bukan TNI AU Indonesia, sekilas om perhatikan terlihat bendera Rusia di lengan pilotnya. Pasca hari itu, air yang biasanya kita minum mendadak berubah rasa. Ada yang aneh, namun karena warna dan baunya masih sama, om pikir tak terjadi apa-apa. Namun ternyata dugaan om salah, om yakin, penyebab sakit om gara-gara air itu.”

“Kenapa om begitu yakin dengan dugaan om?”
“Om juga tidak mengerti, namun insting om berkata demikian. Percayalah..”
“Baiklah, Moeza percaya om. Sekarang om istirahat saja ya, biarkan Moeza yang memastikan kecurigaan om.”

Keesokan harinya ia cukup tercengang membaca sebuah berita di koran yang mengabarkan bahwa kembali terjadi kematian yang memakan 20 orang warga Aceh dengan ciri-ciri yang sama seperti kasus kematian di beberapa daerah lainnya. Kini pakar lingkungan sudah dapat memastikan bahwa korban teracuni oleh air minum yang ia gunakan sehari-hari. Dr. Farhan Ramadhan, seorang dokter ahli mengatakan mereka terkena bakteri Plague, bakteri yang sama yang menjadi penyebab wabah Black Death di Eropa pertengahan abad ke-14.

Astaghfirullah, ternyata dugaan om benar. Tapi apa kaitannya dengan helikopter Rusia yang om lihat? Kenapa bisa kasus yang sama pula menimpa di beberapa daerah yang berbeda?”, bisiknya dalam hati.

“Aku harus segera bertindak cepat, sebelum semuanya terlambat dan semakin banyak korban lagi yang nyawanya hilang. Tapi apa yang harus ku lakukan? Aku bukan ahli biologi, mana bisa menghancurkan virus yang tak ku kenal itu? Hmm, tunggu dulu, virus, biologi, sepertinya aku menemukan siapa orang yang harus aku hubungi. Baiklah, semoga kau masih di Indonesia, kawan”

“Halo, Assalamu’alaikum? Moeza ya? Ada apa Moeza?”

Wa’alaikumsalam, ia Zalati, ini aku. Kamu udah lihat berita di koran pagi ini? Aku yakin, kamu pasti tertarik dengan apa yang aku baca!”

“Maksudmu bakteri Plague, Moeza? The legend of Black Death. Yah, aku sangat tertarik dengan kasus aneh yang menimpa negeri kita saat ini, sampai-sampai aku meng-cancel­ keberangkatanku ke Jepang besok pagi. Kau tahulah, orang-orang seperti kita, ilmuan yang mendedikasikan untuk masyarakat tanpa pamrih cuma terbilang sedikit, dan kali ini, sepertinya kita perlu kerja ekstra”

“Benar sekali Zalati, kita akan sangat bekerja keras kali ini. Karena dari info yang aku dapat, virus itu muncul setelah helikopter tak dikenal memasuki wilayah perhutanan Kalimantan. Dan om bilang, dia sepertinya melihat bendera Rusia di lengan pilotnya. Om-ku sekarang sakit akibat virus itu Zalati, aku takut dia akan sama nasibnya dengan puluhan orang lainnya, kau harus segera membantuku, temukan anti virus untuk makhluk kecil mematikan itu”

“Aku turut bersedih atas apa yang terjadi dengan om-mu, tapi sepertinya ada satu hal yang kita lupakan. Pasti kau belum menghubungi Yasmin kan? Tapi jangan khawatir, tadi sebelum kau meneleponku, aku sudah lebih dahulu menghubunginya, dan kita janjian untuk membahas masalah ini di tempat biasa kita. Sore ini jam 16.00 wib, kau bisa kan?”

“Oh syukurlah, kau memang yang terbaik Zalati. Ok, sekarang aku siap-siap. Sampai berjumpa nanti, kawan!”

Selepas percakapan itu, ada sebersit harapan yang menyusup dalam relung hatinya. Kini semangatnya mulai bangkit kembali. Ini semua berkat sahabat-sahabatnya. Zalati sang ahli Biologi dan Yasmin, pecinta Kimia. Tiga sekawan penakluk peradaban. Yah, itulah cita-citanya. Akhirnya dia pun sampai di tempat parkir halaman masjid Agung, Bandung. Ternyata kedua kawannya telah lebih dulu datang. Senyuman manis terukir di wajah kedua sahabatnya itu.

“Hai..hai..hai.. Moeza, kau masih ingat perjanjian kita dulu? Orang terakhir yang datang dalam pertemuan kita harus mentraktir kedua sahabat lainnya!”, hardik Yasmin.

“hehehe, ayolah kawan, kita kan telah sama-sama dewasa, lagi pula aku cuma telat satu menit, dan kita sudah sama-sama menerima gaji saat ini. Berbeda dengan dulu, masa SMA kita, kita kan sama-sama tak berduit. Hehehe..”

“Oh tidak bisa, janji tetap janji, ia kan Yasmin? Pokoknya malam ini aku pengen makan enak. Sepertinya kita sudah lama tak makan seafood bersama. Hm..nyam..nyam..”

“Baiklah..baiklah, malam ini kalian ku traktir makan sepuasnya! Dasar, giliran makan aja, kalian kompak banget..”

“Eits, jangan salah, giliran jodoh kita juga kompak ya Lati? hehehehe”

“hehehe, ya benar juga, kapan kamu menyusul kita Moeza. Aku sudah sebulan yang lalu, Yasmin bahkan sudah memiliki keturunan, kau kapan? Ntar jadi perawan tua loh, mau? hehehehe”

“Hush! Perkataan itu do’a, kalian mau aku jadi perawan tua? Ya pokoknya kalian do’ain aja yang terbaik buatku, ya? Ok, waktu kita singkat kawan, jadi apa analisa kalian mengenai kasus kita kali ini?”

“Sesungguhnya ini cukup rumit, dan aku belum memiliki cukup info tentang detail kematian yang terjadi di beberapa daerah. Yang aku dapatkan hanya berupa korban meninggal dengan kasus yang sama, mereka ternyata tidak hanya dipenuhi luka berdarah di kulitnya, tapi juga benjolan di amandelnya. Apa pendapatmu tentang bakteri Plague, Lati?”

“Menurut studiku Plague disebut juga penyakit pes, yaitu infeksi yang disebabkan bakteri Yersinia pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea), Xenopsylla cheopis. Selain jenis kutu tersebut, penyakit ini juga ditularkan oleh kutu jenis lain. Di Indonesia dan Negara-negara Asia Tenggara kutu carrier plague adalah Xenophylla astia. Penyakit ini menular lewat gigitan kutu tikus, gigitan atau cakaran binatang yang terinfeksi plague, dan kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu yang terinfeksi dapat membawa bakteri ini sampai berbulan-bulan lamanya”

“Katamu Plague itu menular melalui kutu tikus atau gigitan tikus, dan bakterinya bisa bertahan sampai berbulan-bulan. Sedangkan dari fakta kita sekarang, menurut pemberitaan bahwa penyebab utamanya adalah pencemaran lewat air yang mereka minum, dan dalam waktu sebulan mereka kemudian meninggal, jadi apakah benar virus yang kita hadapi ini Plague?”

“Sebenarnya ada tiga jenis penyakit plague, yaitu Bubonic plague : Masa inkubasi 2-7 hari. Gejalanya kelenjar getah bening yang dekat dengan tempat gigitan binatang atau kutu yang terinfeksi akan membengkak berisi cairan (disebut Bubo). Terasa sakit apabila ditekan. Pembengkakan akan terjadi. Gejalanya mirip flu, demam, pusing, menggigil, lemah, benjolan lunak berisi cairan di tonsil atau adenoid (amandel), limpa dan thymus. Bubonic plague jarang menular pada orang lain.”

Septicemic plague : Gejalanya demam, menggigil, pusing, lemah, sakit pada perut, shock, pendarahan di bawah kulit atau organ-organ tubuh lainnya, pembekuan darah pada saluran darah, tekanan darah rendah, mual, muntah, organ tubuh tidak bekerja dengan baik. Tidak terdapat benjolan pada penderita. Septicemic plague jarang menular pada orang lain. Septicemic plague dapat juga disebabkan Bubonic plague dan Pneumonic plague yang tidak diobati dengan benar”

Pneumonic plague : Masa inkubasi 1-3 hari. Gejalanya pneumonia (radang paru2), napas pendek, sesak napas, batuk, sakit pada dada. Ini adalah penyakit plague yang paling berbahaya dibandingkan jenis lainnya. Pneumonic plague menular lewat udara, bisa juga merupakan infeksi sekunder akibat Bubonic plague dan Septicemic plague yang tidak diobati dengan benar”

“Dan kalau kita lihat, sepertinya Plague yang kita hadapi adalah Plague jenis pertama, hanya saja aku masih bingung bagaimana penularannya, sedang Plague ini hanya ditularkan oleh hewan berkerat dan tidak oleh yang lainnya, sedang kita tak menemukan satu pun hewan berkerat di dekat kejadian”

“Ya, memang benar katamu, Yasmin. Namun ada satu hal yang belum aku katakan. Selain yang aku sebutkan tadi pada kasus pneumonic plague, penularan terjadi dari percikan air liur penderita yang terbawa oleh udara. Jadi, menurut hematku pelaku menyeberkan virus tersebut dengan terlebih dahulu menguras air liur binatang pengerat tadi, dan kemudian mencemarkannya pada sumber air di Kalimantan itu”

“Tapi jika memang begitu, kenapa tidak hanya di sekitar Kalimantan saja yang terinfeksi, tapi merebak sampai ke Papua, Aceh dan bahkan terakhir aku dengar sudah sampai Jakarta”

“Hm, kalo menurutk, itu ada kaitannya kok. Coba kamu perhatikan siapa saja korban yang meninggal? Mereka adalah orang-orang yang cukup mampu untuk membeli air minum dalam kemasan. Dan apa kau lupa, bukankah Kalimantan adalah sumber mata air jernih yang digunakan perusahaan air minum swasta? Justru yang sampai saat ini membuatku bingung mengapa pertunbuhan virus di dalam tubuh korban begitu cepat dan bahkan sampai menyebabkan luka-luka pada kulit korban, luka seperti kusta, padahal dari penjelasan Zalati tadi, tak satu pun dari ketiga jenis Plague yang ada timbul dengan gejala kelainan di kulit korban”

“Ya, itu juga yang aku bingung, Moeza. Tadi pagi sebelum aku menelepon Yasmin, aku menerima kiriman sampel botol bekas virus yang diduga penyebab kekacauan ini. Setelah aku cek sebentar di lab-ku, ternyata ada satu bahan lain yang tak ku kenal, namun yang jelas, aku tahu itu merupakan unsur yang mengandung radioaktif.”

“Benarkah? Bisa kau ceritakan lebih detail kepadaku tentang bahan itu, Lati?”

“Ya tentu, Yasmin. Setelah aku lihat, sampel udara yang ada di dalam botol tersebut berubah. Aerosol yang ada pada botol tersebut mengandung radioaktif, seharusnya tidak seperti itu. Aku yakin, itu merupakan pencemaran dari gas mulia, sifat-sifatnya mendukung seperti halnya gas mulia.”

“Hm, gas mulia dan radioaktif. Sepertinya aku tahu. Kau ingat Radon, Moeza? Radon adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Rn dan nomor atom 86. Kontribusi dosis radiasi alam yang terbesar dari kerak bumi berasal dari Radon. Besarnya 1300 uSv (53 %) dari total dosis yang diterima dari alam per tahun. Radon adalah unsur berupa gas yang tak dapat dirasa (nir-rasa), tak berbau (nir-bau) dan tak terlihat (nir-warna).”

“Radon merupakan gas mulia yang memiliki berat sekitar 7,5 kali berat udara. Menurut perkiraan UNSCEAR, radon dan hasil luruhannya memberi kontribusi sekitar tiga per empat dari dosis ekivalen efektif tahunan yang diterima manusia dari radiasi alam. Gas radon memiliki dua radionuklida, yaitu radon-222 (Ra-222) dan radon–220 (Ra-220). Ra-222 berasal dari perubahan atom Uranium–238 di alam dan Ra-220 berasal dari perubahan atom Thorium-232.”

“Radon biasanya terhirup melalui saluran pernapasan manusia, sebagian kecil radon akan tertinggal dalam paru-paru. Jika sudah mengendap, radon akan menimbulkan kanker paru-paru. Partikel inti hasil peluruhan dapat menempel pada aerosol di udara dan mengubah aerosol itu menjadi aerosol radioaktif alam. Paparan radiasi (dosis efektif) akibat menghirup aerosol radioaktif merupakan komponen terbesar di antara radiasi alam. Di dalam bangunan yang terbuat dari batuan yang kerapatan materi radioaktifnya tinggi, kerapatan aerosol radioaktif di udara juga tinggi; dan karenanya dosis radiasi pada sistem pernafasan juga meningkat maka kerapatan dan dinamika Rn dan hasil peluruhannya di udara dalam ruangan menjadi suatu masalah. Paparan radiasi dari radionuklida di luar ruangan ditentukan oleh kerapatan radionuklida di dalam lapisan tanah di tempat itu, sedangkan di dalam ruangan, faktor penentunya adalah kerapatan radionuklida di dalam bahan bangunan dan efek kungkungan.”

“Semakin rumit saja kasus kita, setelah sebelumnya Plague, dan kini Radon, lalu apa lagi kejutannya?”, pertanyaan Yasmin menutup penjelasan panjangnya tentang Radon.

“Taukah kau Moeza, Yasmin, baru-baru ini ada penelitian bahwa ketika suatu virus dikombinasikan dengan unsur tertentu, maka pertumbuhan virus tersebut akan semakin cepat dan ganas! Apakah mungkin yang kita hadapi saat ini ada korelasinya dengan penelitian paling mutakhir saat ini?”

“Sepertinya aku mulai tercerahkan kawan. Yang Lati bicarakan tentang Plague memang benar, dan analisa Yasmin tentang Radon juga benar. Dan kau tahu kawan? Apa kaitannya antara Plague, Radon dan Rusia? Dari sumber yang aku dapat, Rusia adalah penebar virus mematikan yang terjadi di Eropa abad 14 silam, dan Rusia adalah pemilik Radon terbesar di dunia saat ini. Kalian tahu, di dekat lokasi Mayak Production Association, salah satu pabrik nuklir terbesar di Rusia terdapat sebuah danau bernama Danau Karachay. Danau ini berada di sebelah barat daya Rusia, dekat perbatasan Kazakhstan, dan dia memiliki kandungan radioaktif sangat besar hingga saat ini. Bahkan jika satu jam saja kalian berdiri di dekat danau tersebut, kujamin kalian langsung wafat! Setelah 45 tahun diisolasi dari umum, kini Danau Karachay mulai mengering dan memperlihatkan ampas radioaktif di dasarnya. Dan kalian bisa menebaknya, ampasnya itu tidak lain dan tidak bukan adalah Uranium–238 yang kemudian berubah menjadi Radon. Fantastic!

“Gila, benar-benar gila ini”, Yasmin menggeleng dengan penuh kerutan dikening.

“Kawan, diskusi ini sungguh sangat menyenangkan, aku semakin penasaran dengan apa yang terjadi sesungguhnya. Namun, sepertinya aku harus segera pulang, bukannya tidak rindu, tapi suamiku sebentar lagi pulang, aku harus segera mempersiapkan makan malam di rumah”, Zalati tertunduk malu sekaligus merasa bersalah karena harus pamit duluan.

“Ya, benar juga, aku tidak menyangka kita sudah berdiskusi selama lima jam. Aku harus segera pulang juga, anak dan suamiku sudah menjemput”, ujar Yasmin sambil menunjukkan tangannya ke arah mobil yang terparkir tak jauh di jalan.

“Tidak apa-apa kawan, aku juga hendak pulang. Tak ada orang di rumah, kasihan mamah hanya sendiri. Ayahku masih di rumah adik-adikku yang lain”

Sesampainya di rumah, ia tak menyia-nyiakan waktu sedikit pun. Ia langsung berkutat dengan komputer, buku-buku dan emailnya. Koran-koran sebulan terakhir ia kumpulkan, ia buka satu persatu. Ia tulis hal-hal penting yang bisa menjadi kunci permasalahannya.
----------------------------------------------------------------------
from        : saito.masaki@yahoo.com
for         : laila.moeza@gmail.com
Subject     : Conqueror of Nuclear
Dear Moeza,
Saya telah mendengar kasus banyaknya kematian mendadak yang menimpa rakyat Indonesia. Turut berduka cita.
Menjawab pertanyaanmu tadi, mengenai Radon yang dicampurkan dengan virus tertentu, apakah bisa? Maka dengan yakin saya katakan bisa. Bahkan di Jepang saat ini sedang dilakukan penelitian khusus mengenai pengaruh zat-zat Radioaktif terhadap pertumbuhan virus yang berasal dari hewan.
Saya tidak begitu tahu mengenai penawar dari virus tersebut. Tapi, saya cukup tahu siapa orang yang bisa membantumu dalam memecahkan kasus yang terjadi di negerimu. Kau masih ingat Prof. Jun Sugimoto? Dia adalah kepala dari Severe Accident Research laboratory, Direktur Vienna Office dan Direktur Nuclear Human Resource Development Center.
Semoga kamu bisa cepat menyelesaikan masalah ini.

Salam hangat,
Masaki Saito
Professor, Tokyo Institute of Technology
Chairman, Japanese University
Network for Global Nuclear Human Resource Development
----------------------------------------------------------------------
from        : sugimoto.jun@yahoo.com
for         : laila.moeza@gmail.com
Subject     : Conqueror of Nuclear
Dear Moeza,
Saya turut prihatin dengan apa yang menimpa om mu. Membaca cerita dan analisis yang kamu dan teman-temanmu diskusikan, saya cukup mengerti dengan fakta yang terjadi di lapangan. Perlu kamu ketahui Moeza,kini dunia akan memasuki kembali perang dunia ke-III. Saya tak mampu membayangkan, akan sedahsyat apa perang saat ini. Cukup senjata nuclear di Nagasaki dan Hirosima tempo dulu Negara kami dihancurkan, dan sekarang kami tidak mau ikut turut campur lebih jauh. Teralu besar resiko dan luka lama yang masih membekas di hati kami.
Saya terus terang merasa tak menyangka, mengapa pada akhirnya pemerintahanmu terlibat ke dalam peperangan ini. Dan kau lihat sendiri, di permulaan saja sudah banyak rakyat yang dirugikan, apalagi saat tercetusnya perang dunia ke-III itu? Perlu kau ketahui juga Moeza, ancaman bagi rakyatmu tidak hanya datang dari Rusia dan sekutunya. Di GPS pelacak radiasi Nuclear di lab saya, terdapat dua titik radiasi nuclear yang besar menuju Negara mu. Setelah kami amati lebih dalam, ternyata radiasi itu bersumber dari kapal selam milik Amerika dan satu lagi dari helikopter milik Rusia. Benar kata mu, Radon adalah zat yang Rusia kirim ke Negara mu. Namun sayang, kami tak mampu mengetahui lebih jauh tentang zat yang dibawa oleh kapal Amerika.
Saya harap kau semakin berhati-hati Moeza,karena bukan hal yang tidak mungkin Rusia sudah mampu melacak juga keberadaan senjata pemusnah masal di Negara mu, dan sudah dapat ditebak Cina dan Korea Utara lah sasaran dari senjata itu.  Dan kau juga tahu, Rusia tidak akan tinggal diam pada rencana kejam Amerika dan sekutunya itu.
Semoga Tuhan memberikan kekuatan dan pencerahan kepada mu.

Salam Hangat,
Professor Jun Sugimoto
Doctor of Engineering,
Professor of Departemen of Nuclear Engineering
----------------------------------------------------------------------

Keesokan harinya..

“Bagaimana Za, sudahkah kau temukan antivirus untuk penyakit ini?”, tanya Yasmin.

“Semalam aku sempat meneliti virus ini di lab. Dan hasil yang ku dapat adalah Plague pada manusia dan kucing dapat diobati dengan Streptomycin, Tetracyclin, Doxycyclin, Gentamycin. Streptomycyn dosis tinggi terbukti lebih efektif mengobati plague. Penicilin tidak efektif untuk penyakit plague. Diazepam diberikan untuk mengurangi rasa lelah. Heparin biasanya diberikan apabila terdapat gejala pembekuan darah. Kamu bisa mendapatkan penawarnya di lab ku nanti”

“Semalam aku sudah banyak mengkaji. Hipotesis sementara yang aku dapat adalah bahwa Negara kita sekarang sedang menjadi tempat bergelutnya dua kepentingan yang berbeda. Sosialis vs Kapitalis. Di media saja kita bisa amati, Menteri Urusan Strategis Israel Yuval Steinitz mengklaim kekuatan nuklir Iran setara dengan 30 nuklir Korea Utara! Perang urat syaraf antara Iran dan Israel masih terus memanas hingga kini. Meski Iran menjelaskan bahwa program nuklirnya tidak dimanfaatkan untuk persenjataan, Israel tetap yakin pada pendiriannya saat ini. Selain itu, dari email prof. Jun Sugimoto, dia bilang di GPS pelacak radiasi Nuclear di labnya, terdapat dua titik radiasi nuclear yang besar menuju Negara kita. Setelah mereka amati lebih dalam, ternyata radiasi itu bersumber dari kapal selam milik Amerika dan satu lagi dari helikopter milik Rusia. Benar kata kalian, Radon adalah zat yang Rusia kirim ke Negara kita. Namun sayang, mereka tak mampu mengetahui lebih jauh tentang zat yang dibawa oleh kapal Amerika.”

“Kawan, celaka! Barusan saja dapat pesan dari lab tempatku kerja, GPS kita pun mampu melacak keberadaan unsur radioaktif milik Amerika. Radioaktif itu adalah Uranium! Ketua dari para unsur pemancar radiasi mematikan ini kini sudah sampai di selat Sunda. Namun celakanya, di arah yang lain GPS mengidentifikasi ada titik lain yang mendekati sumber Uranium tersebut. Kau sudah dapat menebaknya siapa dia Moeza?”

“Apa yang kau maksud adalah Rusia dan kawanannya, Yasmin?”

“Tepat sekali! Dan kita tidak punya banyak waktu, ternyata uranium tersebut disimpan dalam pengungkung senjata masal. Kita harus bertindak cepat, hubungi polisi dan TNI segera, Lati. Moeza kau bisa bantu telpon para peneliti lain di BATAN kan? Dan aku akan segera menggiring kalian ke lokasi, semoga kita beruntung.”

“Celaka, polisi dan TNI tak satu pun yang percaya dengan misi kita, Yasmin. Bagaimana ini?”, Zalati panik            .

“Dan seniorku di BATAN tak satu pun ingin ikut terlibat dalam masalah ini kawan. Sepertinya kita tak bisa mengandalkan orang lain selain kita.”

“Hm, baiklah, aku yakin, Moeza, pasti ada sekurang-kurangnya satu orang yang masih peduli pada nasib rakyat Indonesia. Coba kau hubungi lagi satu persatu. Dan Zalati, kau masih ingat dengan Beni kan? Dia kawan kita semasa SMP. Dia sekarang menjadi seorang polisi di daerah Banten, kau bisa mencoba menghubunginya. Dan aku akan mencoba menghubungi kenalanku di TNI.”

Dua jam berlalu akhirnya mereka sampai di selat Sunda. Ternyata memang benar, Amerika dan beberapa anteknya sudah sampai di tempat dengan tiga mobil bermuatan besar. Di saat bersamaan, sebuah helikopter mendarat tidak jauh dari lokasi keduanya. Tiga orang bermuka tirus berrambut pirang menuruni heli. Senapan laras panjang tak lepas dari pangkuannya. Entah bagaimana ceritanya, dengan begitu cepat telah terjadi baku tembak, Yasmin, Zalati dan Moeza sempat tercenung beberapa menit lamanya. Hingga mereka menyadari misi penting mereka yang utama. Tanpa buang waktu, mereka mengendap-endap berjalan menuju ketiga mobil berisi peledak masal itu. Sesampainya di mobil pertama, ternyata hanya berisikan barang-barang lain yang tak berguna. Mereka akhirnya mulai mendekati mobil kedua, dan ketika masuk, ternyata hanya berisikan ruang kosong dengan satu komputer besar terpangpang di dalamnya. Ketika mereka hendak masuk mobil ke tiga, ternyata naas nasib mereka. Seorang tentara Amerika mengetahui keberadaan mereka. Beberapa peluru sempat menghujani mereka, untung saja di arah belakang mereka ada balasan peluru yang menyambar. Ternyata peluru itu bersumber dari Fadlan, TNI yang tadi Yasmin telpon dan Beni, polisi teman Yasmin dan Zalati sewaktu SMP.

Ternyata benar saja, di mobil ketiga itu ada dua buah senjata pemusnah masal. Mereka berlima sempat takjub melihat senjata mutakhir yang tak terkalahkan siapapun terpampang di depannya dengan nyata. Namun tak pikir panjang, dengan sigap Moeza pun menghampiri kedua senjata berbahaya tersebut untuk mencari kunci penonaktif senjatanya.

“Bagaimana Moeza? Sudah ketemu? Tentara Rusia kini sudah mulai mengetahui keberadaan kita juga. Usahakan kamu sudah dapat mengendalikannya sampai bala bantuan tiba.”

“Celaka, ini senjata nuklir yang diset secara digital. Aku tak menemukan kontroler manualnya.”

“Apa kau yakin, Moeza? Coba kau cek ulang lagi, siapa tahu kau keliru. Atau apakah kami bisa membantumu? Seperti apa bentuk kontrolernya?”

“Kontrolerya seperti tombol kecil berwarna merah di dekat hulu ledaknya Lati.”

“Ya, kau benar Moeza, ini diset secara digital. Kita keliru.”

do..do..do..dorrrrrrrrrrr…

“Letakan senjata kalian, turunkan tangan kalian dari senjata itu!”, hardik tentara Rusia.

“Ya ampun, kita telah terkepung”, keluh Zalati.

“Tenang teman, sebentar lagi bala bantuan datang, kita harus tenang”, lirih Yasmin.

“Kalian siapa! Apa yang kalian cari di sini? Hahahaha, kalian cari ini?”, hardik si pirang sambil mengacungkan remote kontrol kecil, sepertinya itulah pengendali dari senjata nuklirnya.

“Ya ampun..”, lirih Moeza.

“Kalian tidak bisa berkutik lagi. Dalam waktu lima jam negeri kalian akan hancur! Kami sudah mengaktifkan tombol digitalisasi senjata ini. Selamat tinggal sampah-sampah pengecut! Hahahahahaha.”

Kedua sisa tentara Rusia itu pun pergi dengan meninggalkan remote yang telah hancur dan kecemasan yang sangat mendalam. Semuanya panik, pers dan berbagai media lain sudah mulai mengetahui keadaan yang terjadi. Semua masyarakat panik. Tiket keberangkatan ke Eropa kini laku terjual. Semua warga berbondong-bondong berhijrah ke luar negeri nun jauh dari Indonesia. Mereka linglung bagai tak ada lagi sisa harapan. Namun di tengah hiruk pikuk kecemasan yang ada, Moeza terus memutar otaknya. Hingga akhirnya ia ingat pada sebuah ruang kosong dengan hanya seperangkat komputer di dalamnya. Ya, mobil kedua yang tadi mereka masuki menjadi pencuri perhatiannya saat ini. Ia mengingat sesuatu yang sangat penting. Dan akhirnya dengan cepat ia menuju mobil kedua tersebut. Dia terus berkutik di depan layar komputer tersebut. Setelah dua jam tak beranjak di depannya, akhirnya ia tersenyum penuh syukur. Ternyata, kemampuannya dalam memprogram masih dapat diandalkan. Ia akhirnya mampu mengendalikan hulu ledak yang ada, dan berhasil menonaktifkan senjata pemusnah masal itu dengan sisa waktu Sembilan menit lagi.

Alhamdulillah.. terima kasih ya Allah..”, ia bermunajat seraya meneteskan air mata di pipinya.

Akhirnya negerinya terselamatkan. Dalam waktu satu minggu pemerintah akhirnya mampu menangkap semua dalang dibalik semua ini. Zalati pun menjadi orang yang sangat terkenal dengan antivirus penawar bakteri plague mematikannya. Ketiganya selalu tampil di surat-surat kabar dan layar TV. Indonesia kini memiliki tiga orang ilmuan muda yang benar-benar peduli terhadap nasib rakyatnya. Semua perjuangan berujung indah pada akhirnya.
THE AND

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan menggunakan bahasa yang sopan, jika tidak maka admin akan memasukkannya dalam kategori spam.

Anggaran IKN Melambung Tinggi: Untuk siapa?

              Meski banyak pro kontra sejak diwacanakannya, pemindahan ibu kota negara  Indonesia yang lebih dikenal sebagai Ibu Kota Nusant...