Ini cerpen ke-3 yang pernah saya buat [sampai selesai]. Dan memakan waktu terpendek selama sejarah pembuatan cerpen saya, hanya beberapa jam saja! Dikejar deadline. Haha, makanya wajar jauh banget dari sempurna.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ringkasan Cerpen:
Kini
dunia memasuki atmosfer yang semakin panas. Bukan hanya suhu bumi yang panas,
namun di segala bidang, politik, ekonomi, sosial, militer, budaya, serta
teknologi pun semakin panas. Dunia terancam memasuki abad perang Dunia III!
Rusia,
Iran, Korea Utara serta Cina berada di kutub yang berlawanan dengan Amerika,
Israel serta Eropa. Indonesia yang merupakan negara bercita-cita tinggi untuk
mengemban misi perdamaian dunia mau tidak mau ikut terlibat dalam perebutan
hegemoni dunia ini. Sayangnya, pemerintah Indonesia tidak mampu bersikap netral
dan lebih cenderung ke kutub sang Adidaya. Sikapnya menuai kecaman keras dari
seluruh masyarakat, terutama tiga orang perempuan bersahabat yang masing-masing
memiliki talenta tak diragukan dalam bidang sains. Mereka adalah Moeza sang
ilmuan muda Fisika, Yasmin pecinta Kimia dan Zalati peneliti hayati.
Konflik
memuncak ketika pemerintah Indonesia pada akhirnya terjebak oleh sang penguasa
dunia untuk dapat menjadikan Indonesia sebagai pangkalan pembuatan senjata
pemusnah masal yang ditargetkan akan diledakan di Cina dan Korea Utara.
Namun
parahnya lagi, pihak Sosialis telah mencium rencana busuk Amerika dan
kawanannya itu. Alhasil di Indonesia kini tak hanya bermain dari satu
kepentingan saja, tapi berbagai kepentingan yang jelas-jelas tidak
memperhatikan rakyat setempat dan bahkan lebih cenderung merugikan. Kepentingan
tersebut mulai terasa ketika seluruh pasokan air dalam negeri terinfeksi virus buatan
Rusia yang sengaja diproduksi untuk menghancurkan pangkalan militer Amerika di
Indonesia. Selain itu, radiasi dengan intensitas tinggi mulai tak terkendali
menyebar ke perkampungan warga di sekitar lokasi pembangunan reaktor nuklir
tenaga berantai yang disiapkan langsung untuk memusnahkan pihak Sosialis. Lalu
bagaimanakah nasib seluruh warga Indonesia?
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nuclear Conqueror Woman
“Telah
terjadi kematian secara masal dini hari tadi, pada Jum’at, 3 April 2020 pukul
01.00 WIB di Timika, Papua. Dilaporkan bahwa ada sekitar 50 warga yang
tiba-tiba meninggal dengan kondisi tubuh penuh luka berdarah seperti orang yang
terkena penyakit kusta. Disinyalir penyebab kematian warga tersebut akibat
keracunan. Namun para peneliti dan ahli medis belum bisa memutuskan penyebab
pasti kematian tersebut.”
“Berita
yang aneh..”, bisik Moeza disela-sela kesedihannya melihat 50 nyawa warga yang
hilang begitu saja.
Setiap
pagi ia memang selalu menyempatkan untuk melihat berita, baik berita dalam
negeri ataupun luar negeri. Dari pengamatan yang ia lakukan, hampir setiap hari
terhitung sejak bulan lalu selalu ada kematian secara tiba-tiba yang
diberitakan oleh media. Sungguh hati kecilnya merasa tertarik untuk mengetahui
sebenarnya ada apa dibalik semua itu, namun kesibukan kerjanya di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) cukup menyita waktu. BATAN merupakan
Lembaga Pemerintah Non Departemen, berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
Presiden. BATAN dipimpin oleh seorang Kepala dan dikoordinasikan oleh Menteri
Negara Riset dan Teknologi. Moeza termasuk salah satu ilmuan muda dari BATAN.
Ia kurang lebih telah mendedikasikan dirinya selama dua tahun sebagai peneliti
muda. Teknofisika Nuklir adalah keahliannya. Mengamati proses berkaitan dengan
reaksi nuklir serta radiasinya dan pengukuran besaran-besaran fisisnya dalam rangka
monitoring dan pengendalian proses tersebut sehingga pemanfaatan proses dan
energi nuklir berlangsung secara terukur, terkendali serta aman terhadap
pekerja, fasilitas, dan lingkungan merupakan aktivitas rutin baginya.
Menjadi ilmuan memang sudah menjadi
cita-citanya sejak kecil. Meski memang terkadang cita-citanya sering
berubah-ubah. Kadang ia ingin menjadi seorang dokter, kemudian ia ingin menjadi
seorang astronot perempuan pertama di Indonesia, itu terinspirasi dari Neil
Amstrong. Namun setelah memasuki SMA ia dengan sangat yakin ingin menjadi
ilmuan muda peneliti Nuklir, mengingat pada massanya itu belum ada satu pun
Nuklir dibangun untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Keinginan itu
semakin memuncak ketika banyak prediksi dunia mengenai kepunahan Migas di dunia
yang tak lama lagi akan habis, sehingga mengakibatkan harga listrik dan BBM
semakin mengalami kelonjakan yang cukup drastis dan ini sangat membebani
rakyat. Moeza terbilang pemerhati rakyat, karena ia tak pernah sedikit pun
memalingkan perhatiannya pada penderitaan yang dialami rakyat, bahkan ia
mewakafkan hidupnya untuk menjadi peneliti di BATAN, meski resiko tinggi yang
ia hadapi dari radiasi yang bisa mengancam nyawa dan keturunannya. Tak sedikit
orang yang meragukan kemampuannya, lebih banyak lagi orang yang menentangnya,
terutama pihak keluarganya.
kriiiiiiiiiingggg…. kriiiiiiiiiingggg….
kriiiiiiiiiingggg….
Telpon
di ruang kerjanya mendering.
“Halo, Assalamu’alaikum?”
“Wa’alaikumsalam. Moeza, ini
mamah, kamu lagi sibuk nak?”
“Oh mamah, tidak begitu sibuk, ada
apa mah?”
“Sayang, kamu bisa cepat pulang hari
ini? Om mu yang bekerja di Kalimantan sakit, sekarang dia dalam perjalanan
menuju Bandung. Ibu khawatir ini adalah hari terakhirnya dapat melihatmu”
“Loh kok mamah bilang gitu?
Memangnya om sakit apa mah?”
“Mamah juga gak tahu nak, tapi kata
rekan kerja om, sekarang ini banyak pekerja lain yang juga sakit aneh, seperti
penyakit kulit, bahkan tiga rekan kerja om yang lain ada yang telah meninggal
akibat penyakit yang sama. Kamu harus pulang nak, keluarga lain sudah
menunggumu juga. Wassalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam”, dengan
lesu ia menutup telponnya.
“Aneh, ada apa ini? Sakit kulit,
secara tiba-tiba, menyebabkan kematian. Apa sakitnya om ada kaitannya dengan
berita tadi pagi? Ah sudahlah, jangan berpikiran aneh Moeza, berita itu di Papua,
sedang om di Kalimantan, sangat jauh dan tak masuk akal”, pikirnya dalam hati.
Bergegas ia pergi menuju rumah orang
tuanya. Pikirannya tak menentu. Ia semakin terheran-heran dengan apa yang
sekarang terjadi di negerinya. Semakin carut marut, kemiskinan dimana-mana,
kelaparan dimana-mana, kebodohan dimana-mana. Padahal Indonesia adalah negeri
yang sangat kaya, bahkan seniman lawas grup band Koesploes pun dalam syairnya
mengatakan Indonesia adalah negeri surga. Tongkat, kayu dan batu pun bisa jadi
tanaman. Migas berlimpah dimana-mana, gunung emas bertengger dengan kokohnya,
berjuta ikan berenang dengan bebas di lautnya, burung cantik penghias
langitnya, pohon menghijau menjadi peneduh pijakannya. Namun mengapa kekacauan
ini terus terjadi dan semakin menjadi-jadi? Kebobrokan moral manusia saat ini
menjadi momok menakutkan, kriminalitas terjadi dimana-mana, ibu bunuh anak,
anak bunuh bapak, suami bakar istri, istri mutilasi suami, begitulah
keadaannya. Ditambah dengan banyaknya kematian yang kini menghantui, nyawa
manusia seakan-akan tak berharga lagi. Ia mulai lelah dengan perjuangannya, ia
seakan-akan tak pernah berhasil membela tanah kelahirannya. Ia tak pernah
sukses memperjuangkan hak saudaranya. Perlahan, air mata pun menetes dari sudut
matanya.
“Om, om sakit kenapa?”, lirihnya
lembut disamping Om tercintanya.
“Moeza, kamu sehat nak?”
“Ssstttttt.. bukan saatnya
memikirkan orang lain om, yang terpenting sekarang keadaan om. Kenapa bisa
begini om?”
“Om tidak tahu Moeza. Awalnya
bersama kawan-kawan baik-baik saja, namun keadaan mulai berubah ketika om
melihat helikopter tak dikenal memasuki perhutanan dekat perusahaan tempat om
bekerja. Om yakin itu bukan TNI AU Indonesia, sekilas om perhatikan terlihat
bendera Rusia di lengan pilotnya. Pasca hari itu, air yang biasanya kita minum
mendadak berubah rasa. Ada yang aneh, namun karena warna dan baunya masih sama,
om pikir tak terjadi apa-apa. Namun ternyata dugaan om salah, om yakin,
penyebab sakit om gara-gara air itu.”
“Kenapa om begitu yakin dengan
dugaan om?”
“Om juga tidak mengerti, namun
insting om berkata demikian. Percayalah..”
“Baiklah, Moeza percaya om. Sekarang
om istirahat saja ya, biarkan Moeza yang memastikan kecurigaan om.”
Keesokan harinya ia cukup tercengang
membaca sebuah berita di koran yang mengabarkan bahwa kembali terjadi kematian
yang memakan 20 orang warga Aceh dengan ciri-ciri yang sama seperti kasus
kematian di beberapa daerah lainnya. Kini pakar lingkungan sudah dapat memastikan
bahwa korban teracuni oleh air minum yang ia gunakan sehari-hari. Dr. Farhan
Ramadhan, seorang dokter ahli mengatakan mereka terkena bakteri Plague, bakteri
yang sama yang menjadi penyebab wabah Black Death di Eropa pertengahan abad
ke-14.
“Astaghfirullah, ternyata
dugaan om benar. Tapi apa kaitannya dengan helikopter Rusia yang om lihat?
Kenapa bisa kasus yang sama pula menimpa di beberapa daerah yang berbeda?”,
bisiknya dalam hati.
“Aku harus segera bertindak cepat,
sebelum semuanya terlambat dan semakin banyak korban lagi yang nyawanya hilang.
Tapi apa yang harus ku lakukan? Aku bukan ahli biologi, mana bisa menghancurkan
virus yang tak ku kenal itu? Hmm, tunggu dulu, virus, biologi, sepertinya aku
menemukan siapa orang yang harus aku hubungi. Baiklah, semoga kau masih di
Indonesia, kawan”
“Halo, Assalamu’alaikum?
Moeza ya? Ada apa Moeza?”
“Wa’alaikumsalam, ia Zalati,
ini aku. Kamu udah lihat berita di koran pagi ini? Aku yakin, kamu pasti
tertarik dengan apa yang aku baca!”
“Maksudmu bakteri Plague, Moeza? The
legend of Black Death. Yah, aku sangat tertarik dengan kasus aneh yang
menimpa negeri kita saat ini, sampai-sampai aku meng-cancel keberangkatanku
ke Jepang besok pagi. Kau tahulah, orang-orang seperti kita, ilmuan yang
mendedikasikan untuk masyarakat tanpa pamrih cuma terbilang sedikit, dan kali
ini, sepertinya kita perlu kerja ekstra”
“Benar sekali Zalati, kita akan
sangat bekerja keras kali ini. Karena dari info yang aku dapat, virus itu
muncul setelah helikopter tak dikenal memasuki wilayah perhutanan Kalimantan.
Dan om bilang, dia sepertinya melihat bendera Rusia di lengan pilotnya. Om-ku
sekarang sakit akibat virus itu Zalati, aku takut dia akan sama nasibnya dengan
puluhan orang lainnya, kau harus segera membantuku, temukan anti virus untuk
makhluk kecil mematikan itu”
“Aku turut bersedih atas apa yang
terjadi dengan om-mu, tapi sepertinya ada satu hal yang kita lupakan. Pasti kau
belum menghubungi Yasmin kan? Tapi jangan khawatir, tadi sebelum kau
meneleponku, aku sudah lebih dahulu menghubunginya, dan kita janjian untuk
membahas masalah ini di tempat biasa kita. Sore ini jam 16.00 wib, kau bisa
kan?”
“Oh syukurlah, kau memang yang
terbaik Zalati. Ok, sekarang aku siap-siap. Sampai berjumpa nanti, kawan!”
Selepas percakapan itu, ada sebersit
harapan yang menyusup dalam relung hatinya. Kini semangatnya mulai bangkit
kembali. Ini semua berkat sahabat-sahabatnya. Zalati sang ahli Biologi dan
Yasmin, pecinta Kimia. Tiga sekawan penakluk peradaban. Yah, itulah
cita-citanya. Akhirnya dia pun sampai di tempat parkir halaman masjid Agung,
Bandung. Ternyata kedua kawannya telah lebih dulu datang. Senyuman manis
terukir di wajah kedua sahabatnya itu.
“Hai..hai..hai.. Moeza, kau masih
ingat perjanjian kita dulu? Orang terakhir yang datang dalam pertemuan kita
harus mentraktir kedua sahabat lainnya!”, hardik Yasmin.
“hehehe, ayolah kawan, kita kan
telah sama-sama dewasa, lagi pula aku cuma telat satu menit, dan kita sudah
sama-sama menerima gaji saat ini. Berbeda dengan dulu, masa SMA kita, kita kan
sama-sama tak berduit. Hehehe..”
“Oh tidak bisa, janji tetap janji,
ia kan Yasmin? Pokoknya malam ini aku pengen makan enak. Sepertinya kita sudah
lama tak makan seafood bersama. Hm..nyam..nyam..”
“Baiklah..baiklah, malam ini kalian
ku traktir makan sepuasnya! Dasar, giliran makan aja, kalian kompak banget..”
“Eits, jangan salah, giliran jodoh
kita juga kompak ya Lati? hehehehe”
“hehehe, ya benar juga, kapan kamu
menyusul kita Moeza. Aku sudah sebulan yang lalu, Yasmin bahkan sudah memiliki
keturunan, kau kapan? Ntar jadi perawan tua loh, mau? hehehehe”
“Hush! Perkataan itu do’a, kalian
mau aku jadi perawan tua? Ya pokoknya kalian do’ain aja yang terbaik buatku,
ya? Ok, waktu kita singkat kawan, jadi apa analisa kalian mengenai kasus kita
kali ini?”
“Sesungguhnya ini cukup rumit, dan
aku belum memiliki cukup info tentang detail kematian yang terjadi di beberapa
daerah. Yang aku dapatkan hanya berupa korban meninggal dengan kasus yang sama,
mereka ternyata tidak hanya dipenuhi luka berdarah di kulitnya, tapi juga
benjolan di amandelnya. Apa pendapatmu tentang bakteri Plague, Lati?”
“Menurut studiku Plague disebut juga
penyakit pes, yaitu infeksi yang disebabkan bakteri Yersinia pestis (Y. pestis)
dan ditularkan oleh kutu tikus (flea), Xenopsylla cheopis. Selain jenis kutu
tersebut, penyakit ini juga ditularkan oleh kutu jenis lain. Di Indonesia dan
Negara-negara Asia Tenggara kutu carrier plague adalah Xenophylla astia.
Penyakit ini menular lewat gigitan kutu tikus, gigitan atau cakaran binatang
yang terinfeksi plague, dan kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu
yang terinfeksi dapat membawa bakteri ini sampai berbulan-bulan lamanya”
“Katamu Plague itu menular melalui
kutu tikus atau gigitan tikus, dan bakterinya bisa bertahan sampai
berbulan-bulan. Sedangkan dari fakta kita sekarang, menurut pemberitaan bahwa
penyebab utamanya adalah pencemaran lewat air yang mereka minum, dan dalam
waktu sebulan mereka kemudian meninggal, jadi apakah benar virus yang kita
hadapi ini Plague?”
“Sebenarnya ada tiga jenis
penyakit plague, yaitu Bubonic plague : Masa inkubasi 2-7 hari. Gejalanya kelenjar getah bening yang
dekat dengan tempat gigitan binatang atau kutu yang terinfeksi akan membengkak
berisi cairan (disebut Bubo). Terasa sakit apabila ditekan. Pembengkakan akan
terjadi. Gejalanya mirip flu, demam, pusing, menggigil, lemah, benjolan lunak
berisi cairan di tonsil atau adenoid (amandel), limpa dan thymus. Bubonic
plague jarang menular pada orang lain.”
“Septicemic plague : Gejalanya demam, menggigil, pusing,
lemah, sakit pada perut, shock, pendarahan di bawah kulit atau organ-organ
tubuh lainnya, pembekuan darah pada saluran darah, tekanan darah rendah, mual,
muntah, organ tubuh tidak bekerja dengan baik. Tidak terdapat benjolan pada
penderita. Septicemic plague jarang menular pada orang lain. Septicemic plague
dapat juga disebabkan Bubonic plague dan Pneumonic plague yang tidak diobati
dengan benar”
“Pneumonic plague :
Masa inkubasi 1-3 hari. Gejalanya pneumonia (radang paru2), napas pendek, sesak
napas, batuk, sakit pada dada. Ini adalah penyakit plague yang paling berbahaya
dibandingkan jenis lainnya. Pneumonic plague menular lewat udara, bisa juga
merupakan infeksi sekunder akibat Bubonic plague dan Septicemic plague yang
tidak diobati dengan benar”
“Dan kalau kita lihat, sepertinya Plague yang kita hadapi adalah Plague
jenis pertama, hanya saja aku masih bingung bagaimana penularannya, sedang
Plague ini hanya ditularkan oleh hewan berkerat dan tidak oleh yang lainnya,
sedang kita tak menemukan satu pun hewan berkerat di dekat kejadian”
“Ya, memang benar katamu, Yasmin. Namun ada satu hal yang belum aku
katakan. Selain yang aku sebutkan tadi pada kasus pneumonic plague, penularan
terjadi dari percikan air liur penderita yang terbawa oleh udara. Jadi, menurut
hematku pelaku menyeberkan virus tersebut dengan terlebih dahulu menguras air
liur binatang pengerat tadi, dan kemudian mencemarkannya pada sumber air di
Kalimantan itu”
“Tapi jika memang begitu, kenapa tidak hanya di sekitar Kalimantan
saja yang terinfeksi, tapi merebak sampai ke Papua, Aceh dan bahkan terakhir
aku dengar sudah sampai Jakarta”
“Hm, kalo menurutk, itu ada kaitannya kok. Coba kamu perhatikan
siapa saja korban yang meninggal? Mereka adalah orang-orang yang cukup mampu
untuk membeli air minum dalam kemasan. Dan apa kau lupa, bukankah Kalimantan
adalah sumber mata air jernih yang digunakan perusahaan air minum swasta?
Justru yang sampai saat ini membuatku bingung mengapa pertunbuhan virus di
dalam tubuh korban begitu cepat dan bahkan sampai menyebabkan luka-luka pada
kulit korban, luka seperti kusta, padahal dari penjelasan Zalati tadi, tak satu
pun dari ketiga jenis Plague yang ada timbul dengan gejala kelainan di kulit
korban”
“Ya, itu juga yang aku bingung, Moeza. Tadi pagi sebelum aku
menelepon Yasmin, aku menerima kiriman sampel botol bekas virus yang diduga
penyebab kekacauan ini. Setelah aku cek sebentar di lab-ku, ternyata ada satu
bahan lain yang tak ku kenal, namun yang jelas, aku tahu itu merupakan unsur
yang mengandung radioaktif.”
“Benarkah? Bisa kau ceritakan lebih detail kepadaku tentang bahan
itu, Lati?”
“Ya tentu, Yasmin. Setelah aku lihat, sampel udara yang ada di
dalam botol tersebut berubah. Aerosol yang ada pada botol tersebut mengandung
radioaktif, seharusnya tidak seperti itu. Aku yakin, itu merupakan pencemaran
dari gas mulia, sifat-sifatnya mendukung seperti halnya gas mulia.”
“Hm, gas mulia dan radioaktif. Sepertinya aku tahu. Kau ingat Radon,
Moeza? Radon adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Rn dan nomor atom 86. Kontribusi dosis radiasi alam yang terbesar dari
kerak bumi berasal dari Radon. Besarnya 1300 uSv (53 %) dari total dosis yang
diterima dari alam per tahun. Radon adalah unsur berupa gas yang tak dapat
dirasa (nir-rasa), tak berbau (nir-bau) dan tak terlihat (nir-warna).”
“Radon merupakan gas mulia yang memiliki berat sekitar 7,5 kali
berat udara. Menurut perkiraan UNSCEAR, radon dan hasil luruhannya memberi
kontribusi sekitar tiga per empat dari dosis ekivalen efektif tahunan yang
diterima manusia dari radiasi alam. Gas radon memiliki dua radionuklida, yaitu
radon-222 (Ra-222) dan radon–220 (Ra-220). Ra-222 berasal dari perubahan atom
Uranium–238 di alam dan Ra-220 berasal dari perubahan atom Thorium-232.”
“Radon biasanya terhirup melalui saluran pernapasan manusia,
sebagian kecil radon akan tertinggal dalam paru-paru. Jika sudah mengendap,
radon akan menimbulkan kanker paru-paru. Partikel inti hasil peluruhan dapat
menempel pada aerosol di udara dan mengubah aerosol itu menjadi aerosol
radioaktif alam. Paparan radiasi (dosis efektif) akibat menghirup aerosol
radioaktif merupakan komponen terbesar di antara radiasi alam. Di dalam
bangunan yang terbuat dari batuan yang kerapatan materi radioaktifnya tinggi,
kerapatan aerosol radioaktif di udara juga tinggi; dan karenanya dosis radiasi
pada sistem pernafasan juga meningkat maka kerapatan dan dinamika Rn dan hasil
peluruhannya di udara dalam ruangan menjadi suatu masalah. Paparan radiasi dari
radionuklida di luar ruangan ditentukan oleh kerapatan radionuklida di dalam
lapisan tanah di tempat itu, sedangkan di dalam ruangan, faktor penentunya
adalah kerapatan radionuklida di dalam bahan bangunan dan efek kungkungan.”
“Semakin rumit saja kasus kita, setelah sebelumnya Plague, dan kini
Radon, lalu apa lagi kejutannya?”, pertanyaan Yasmin menutup penjelasan
panjangnya tentang Radon.
“Taukah kau Moeza, Yasmin, baru-baru ini ada penelitian bahwa
ketika suatu virus dikombinasikan dengan unsur tertentu, maka pertumbuhan virus
tersebut akan semakin cepat dan ganas! Apakah mungkin yang kita hadapi saat ini
ada korelasinya dengan penelitian paling mutakhir saat ini?”
“Sepertinya aku mulai tercerahkan kawan. Yang Lati bicarakan
tentang Plague memang benar, dan analisa Yasmin tentang Radon juga benar. Dan
kau tahu kawan? Apa kaitannya antara Plague, Radon dan Rusia? Dari sumber yang
aku dapat, Rusia adalah penebar virus mematikan yang terjadi di Eropa abad 14
silam, dan Rusia adalah pemilik Radon terbesar di dunia saat ini. Kalian tahu,
di dekat lokasi Mayak Production Association, salah satu pabrik nuklir terbesar
di Rusia terdapat sebuah danau bernama Danau Karachay. Danau ini berada di
sebelah barat daya Rusia, dekat perbatasan Kazakhstan, dan dia memiliki
kandungan radioaktif sangat besar hingga saat ini. Bahkan jika satu jam saja
kalian berdiri di dekat danau tersebut, kujamin kalian langsung wafat! Setelah
45 tahun diisolasi dari umum, kini Danau Karachay mulai mengering dan
memperlihatkan ampas radioaktif di dasarnya. Dan kalian bisa menebaknya,
ampasnya itu tidak lain dan tidak bukan adalah Uranium–238 yang kemudian
berubah menjadi Radon. Fantastic!”
“Gila, benar-benar gila ini”, Yasmin menggeleng dengan penuh
kerutan dikening.
“Kawan, diskusi ini sungguh sangat menyenangkan, aku semakin
penasaran dengan apa yang terjadi sesungguhnya. Namun, sepertinya aku harus
segera pulang, bukannya tidak rindu, tapi suamiku sebentar lagi pulang, aku
harus segera mempersiapkan makan malam di rumah”, Zalati tertunduk malu
sekaligus merasa bersalah karena harus pamit duluan.
“Ya, benar juga, aku tidak menyangka kita sudah berdiskusi selama
lima jam. Aku harus segera pulang juga, anak dan suamiku sudah menjemput”, ujar
Yasmin sambil menunjukkan tangannya ke arah mobil yang terparkir tak jauh di
jalan.
“Tidak apa-apa kawan, aku juga hendak pulang. Tak ada orang di
rumah, kasihan mamah hanya sendiri. Ayahku masih di rumah adik-adikku yang
lain”
Sesampainya di rumah, ia tak menyia-nyiakan waktu sedikit pun. Ia
langsung berkutat dengan komputer, buku-buku dan emailnya. Koran-koran sebulan
terakhir ia kumpulkan, ia buka satu persatu. Ia tulis hal-hal penting yang bisa
menjadi kunci permasalahannya.
----------------------------------------------------------------------
from : saito.masaki@yahoo.com
for : laila.moeza@gmail.com
Subject : Conqueror of Nuclear
Dear Moeza,
Saya telah
mendengar kasus banyaknya kematian mendadak yang menimpa rakyat Indonesia.
Turut berduka cita.
Menjawab
pertanyaanmu tadi, mengenai Radon yang dicampurkan dengan virus tertentu,
apakah bisa? Maka dengan yakin saya katakan bisa. Bahkan di Jepang saat ini
sedang dilakukan penelitian khusus mengenai pengaruh zat-zat Radioaktif
terhadap pertumbuhan virus yang berasal dari hewan.
Saya tidak
begitu tahu mengenai penawar dari virus tersebut. Tapi, saya cukup tahu siapa
orang yang bisa membantumu dalam memecahkan kasus yang terjadi di negerimu. Kau
masih ingat Prof. Jun Sugimoto? Dia adalah kepala dari Severe Accident Research
laboratory, Direktur Vienna Office dan Direktur Nuclear Human Resource
Development Center.
Semoga kamu
bisa cepat menyelesaikan masalah ini.
Salam
hangat,
Masaki
Saito
Professor,
Tokyo Institute of Technology
Chairman,
Japanese University
Network for
Global Nuclear Human Resource Development
----------------------------------------------------------------------
from :
sugimoto.jun@yahoo.com
for : laila.moeza@gmail.com
Subject : Conqueror of Nuclear
Dear Moeza,
Saya turut
prihatin dengan apa yang menimpa om mu. Membaca cerita dan analisis yang kamu
dan teman-temanmu diskusikan, saya cukup mengerti dengan fakta yang terjadi di
lapangan. Perlu kamu ketahui Moeza,kini dunia akan memasuki kembali perang
dunia ke-III. Saya tak mampu membayangkan, akan sedahsyat apa perang saat ini.
Cukup senjata nuclear di Nagasaki dan Hirosima tempo dulu Negara kami
dihancurkan, dan sekarang kami tidak mau ikut turut campur lebih jauh. Teralu
besar resiko dan luka lama yang masih membekas di hati kami.
Saya terus
terang merasa tak menyangka, mengapa pada akhirnya pemerintahanmu terlibat ke
dalam peperangan ini. Dan kau lihat sendiri, di permulaan saja sudah banyak
rakyat yang dirugikan, apalagi saat tercetusnya perang dunia ke-III itu? Perlu
kau ketahui juga Moeza, ancaman bagi rakyatmu tidak hanya datang dari Rusia dan
sekutunya. Di GPS pelacak radiasi Nuclear di lab saya, terdapat dua titik
radiasi nuclear yang besar menuju Negara mu. Setelah kami amati lebih dalam,
ternyata radiasi itu bersumber dari kapal selam milik Amerika dan satu lagi
dari helikopter milik Rusia. Benar kata mu, Radon adalah zat yang Rusia kirim
ke Negara mu. Namun sayang, kami tak mampu mengetahui lebih jauh tentang zat
yang dibawa oleh kapal Amerika.
Saya harap
kau semakin berhati-hati Moeza,karena bukan hal yang tidak mungkin Rusia sudah
mampu melacak juga keberadaan senjata pemusnah masal di Negara mu, dan sudah dapat
ditebak Cina dan Korea Utara lah sasaran dari senjata itu. Dan kau juga tahu, Rusia tidak akan tinggal
diam pada rencana kejam Amerika dan sekutunya itu.
Semoga
Tuhan memberikan kekuatan dan pencerahan kepada mu.
Salam
Hangat,
Professor
Jun Sugimoto
Doctor of
Engineering,
Professor
of Departemen of Nuclear Engineering
----------------------------------------------------------------------
Keesokan harinya..
“Bagaimana Za, sudahkah kau temukan
antivirus untuk penyakit ini?”, tanya Yasmin.
“Semalam aku sempat meneliti virus
ini di lab. Dan hasil yang ku dapat adalah Plague pada manusia dan kucing dapat
diobati dengan Streptomycin, Tetracyclin, Doxycyclin, Gentamycin. Streptomycyn
dosis tinggi terbukti lebih efektif mengobati plague. Penicilin tidak efektif
untuk penyakit plague. Diazepam diberikan untuk mengurangi rasa lelah. Heparin
biasanya diberikan apabila terdapat gejala pembekuan darah. Kamu bisa
mendapatkan penawarnya di lab ku nanti”
“Semalam aku sudah banyak mengkaji.
Hipotesis sementara yang aku dapat adalah bahwa Negara kita sekarang sedang
menjadi tempat bergelutnya dua kepentingan yang berbeda. Sosialis vs Kapitalis.
Di media saja kita bisa amati, Menteri Urusan Strategis Israel Yuval Steinitz
mengklaim kekuatan nuklir Iran setara dengan 30 nuklir Korea Utara! Perang urat
syaraf antara Iran dan Israel masih terus memanas hingga kini. Meski Iran
menjelaskan bahwa program nuklirnya tidak dimanfaatkan untuk persenjataan,
Israel tetap yakin pada pendiriannya saat ini. Selain itu, dari email prof. Jun
Sugimoto, dia bilang di GPS pelacak radiasi Nuclear di labnya, terdapat dua
titik radiasi nuclear yang besar menuju Negara kita. Setelah mereka amati lebih
dalam, ternyata radiasi itu bersumber dari kapal selam milik Amerika dan satu
lagi dari helikopter milik Rusia. Benar kata kalian, Radon adalah zat yang
Rusia kirim ke Negara kita. Namun sayang, mereka tak mampu mengetahui lebih
jauh tentang zat yang dibawa oleh kapal Amerika.”
“Kawan, celaka! Barusan saja dapat
pesan dari lab tempatku kerja, GPS kita pun mampu melacak keberadaan unsur
radioaktif milik Amerika. Radioaktif itu adalah Uranium! Ketua dari para unsur
pemancar radiasi mematikan ini kini sudah sampai di selat Sunda. Namun
celakanya, di arah yang lain GPS mengidentifikasi ada titik lain yang mendekati
sumber Uranium tersebut. Kau sudah dapat menebaknya siapa dia Moeza?”
“Apa yang kau maksud adalah Rusia
dan kawanannya, Yasmin?”
“Tepat sekali! Dan kita tidak punya
banyak waktu, ternyata uranium tersebut disimpan dalam pengungkung senjata
masal. Kita harus bertindak cepat, hubungi polisi dan TNI segera, Lati. Moeza
kau bisa bantu telpon para peneliti lain di BATAN kan? Dan aku akan segera
menggiring kalian ke lokasi, semoga kita beruntung.”
“Celaka, polisi dan TNI tak satu pun
yang percaya dengan misi kita, Yasmin. Bagaimana ini?”, Zalati panik .
“Dan seniorku di BATAN tak satu pun
ingin ikut terlibat dalam masalah ini kawan. Sepertinya kita tak bisa
mengandalkan orang lain selain kita.”
“Hm, baiklah, aku yakin, Moeza,
pasti ada sekurang-kurangnya satu orang yang masih peduli pada nasib rakyat
Indonesia. Coba kau hubungi lagi satu persatu. Dan Zalati, kau masih ingat
dengan Beni kan? Dia kawan kita semasa SMP. Dia sekarang menjadi seorang polisi
di daerah Banten, kau bisa mencoba menghubunginya. Dan aku akan mencoba
menghubungi kenalanku di TNI.”
Dua jam berlalu akhirnya mereka
sampai di selat Sunda. Ternyata memang benar, Amerika dan beberapa anteknya
sudah sampai di tempat dengan tiga mobil bermuatan besar. Di saat bersamaan,
sebuah helikopter mendarat tidak jauh dari lokasi keduanya. Tiga orang bermuka
tirus berrambut pirang menuruni heli. Senapan laras panjang tak lepas dari
pangkuannya. Entah bagaimana ceritanya, dengan begitu cepat telah terjadi baku
tembak, Yasmin, Zalati dan Moeza sempat tercenung beberapa menit lamanya.
Hingga mereka menyadari misi penting mereka yang utama. Tanpa buang waktu,
mereka mengendap-endap berjalan menuju ketiga mobil berisi peledak masal itu.
Sesampainya di mobil pertama, ternyata hanya berisikan barang-barang lain yang
tak berguna. Mereka akhirnya mulai mendekati mobil kedua, dan ketika masuk,
ternyata hanya berisikan ruang kosong dengan satu komputer besar terpangpang di
dalamnya. Ketika mereka hendak masuk mobil ke tiga, ternyata naas nasib mereka.
Seorang tentara Amerika mengetahui keberadaan mereka. Beberapa peluru sempat
menghujani mereka, untung saja di arah belakang mereka ada balasan peluru yang
menyambar. Ternyata peluru itu bersumber dari Fadlan, TNI yang tadi Yasmin
telpon dan Beni, polisi teman Yasmin dan Zalati sewaktu SMP.
Ternyata benar saja, di mobil ketiga
itu ada dua buah senjata pemusnah masal. Mereka berlima sempat takjub melihat
senjata mutakhir yang tak terkalahkan siapapun terpampang di depannya dengan
nyata. Namun tak pikir panjang, dengan sigap Moeza pun menghampiri kedua
senjata berbahaya tersebut untuk mencari kunci penonaktif senjatanya.
“Bagaimana Moeza? Sudah ketemu?
Tentara Rusia kini sudah mulai mengetahui keberadaan kita juga. Usahakan kamu
sudah dapat mengendalikannya sampai bala bantuan tiba.”
“Celaka, ini senjata nuklir yang
diset secara digital. Aku tak menemukan kontroler manualnya.”
“Apa kau yakin, Moeza? Coba kau cek
ulang lagi, siapa tahu kau keliru. Atau apakah kami bisa membantumu? Seperti
apa bentuk kontrolernya?”
“Kontrolerya seperti tombol kecil
berwarna merah di dekat hulu ledaknya Lati.”
“Ya, kau benar Moeza, ini diset
secara digital. Kita keliru.”
do..do..do..dorrrrrrrrrrr…
“Letakan
senjata kalian, turunkan tangan kalian dari senjata itu!”, hardik tentara
Rusia.
“Ya ampun, kita telah terkepung”,
keluh Zalati.
“Tenang teman, sebentar lagi bala
bantuan datang, kita harus tenang”, lirih Yasmin.
“Kalian siapa! Apa yang kalian cari
di sini? Hahahaha, kalian cari ini?”, hardik si pirang sambil mengacungkan
remote kontrol kecil, sepertinya itulah pengendali dari senjata nuklirnya.
“Ya ampun..”, lirih Moeza.
“Kalian tidak bisa berkutik lagi.
Dalam waktu lima jam negeri kalian akan hancur! Kami sudah mengaktifkan tombol
digitalisasi senjata ini. Selamat tinggal sampah-sampah pengecut!
Hahahahahaha.”
Kedua sisa tentara Rusia itu pun
pergi dengan meninggalkan remote yang telah hancur dan kecemasan yang sangat
mendalam. Semuanya panik, pers dan berbagai media lain sudah mulai mengetahui
keadaan yang terjadi. Semua masyarakat panik. Tiket keberangkatan ke Eropa kini
laku terjual. Semua warga berbondong-bondong berhijrah ke luar negeri nun jauh
dari Indonesia. Mereka linglung bagai tak ada lagi sisa harapan. Namun di
tengah hiruk pikuk kecemasan yang ada, Moeza terus memutar otaknya. Hingga
akhirnya ia ingat pada sebuah ruang kosong dengan hanya seperangkat komputer di
dalamnya. Ya, mobil kedua yang tadi mereka masuki menjadi pencuri perhatiannya
saat ini. Ia mengingat sesuatu yang sangat penting. Dan akhirnya dengan cepat
ia menuju mobil kedua tersebut. Dia terus berkutik di depan layar komputer
tersebut. Setelah dua jam tak beranjak di depannya, akhirnya ia tersenyum penuh
syukur. Ternyata, kemampuannya dalam memprogram masih dapat diandalkan. Ia akhirnya
mampu mengendalikan hulu ledak yang ada, dan berhasil menonaktifkan senjata
pemusnah masal itu dengan sisa waktu Sembilan menit lagi.
“Alhamdulillah.. terima kasih
ya Allah..”, ia bermunajat seraya meneteskan air mata di pipinya.
Akhirnya negerinya terselamatkan.
Dalam waktu satu minggu pemerintah akhirnya mampu menangkap semua dalang
dibalik semua ini. Zalati pun menjadi orang yang sangat terkenal dengan
antivirus penawar bakteri plague mematikannya. Ketiganya selalu tampil di
surat-surat kabar dan layar TV. Indonesia kini memiliki tiga orang ilmuan muda
yang benar-benar peduli terhadap nasib rakyatnya. Semua perjuangan berujung
indah pada akhirnya.
THE AND
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan menggunakan bahasa yang sopan, jika tidak maka admin akan memasukkannya dalam kategori spam.