Kagum merupakan kata sifat yang
dalam kamus besar bahasa Indonesia di definisikan sebagai perasaan heran (dengan
rasa memuji); takjub; atau tercengang. Rasa kagum identik dengan sesuatu yang positif
bagi seorang yang melihat/mengetahuinya. Misalnya, jika ada orang mengagumi
seseorang karena penampilannya yang selalu rapih, maka menurut orang itu
penampilan rapih adalah hal yang positif. Tapi berbeda dengan orang yang
mengagumi seseorang karena penampilannya yang modis [meski terkadang tak
rapih], maka menurut orang itu penampilan yang modis adalah hal yang positif.
Rasa
kagum merupakan rasa alamiah yang dimiliki setiap manusia. Rasa kagum merupakan
salah satu bentuk ekspresi dari naluri at-tadayun
[mengkultuskan sesuatu]. Sebagimana kata seorang pembicara dalam acara PAM
FIGHTER [DKM Unpad] , beliau mengatakan rasa kagum adalah tingkatan pertama [sebelum
takjub dan takdis] dalam naluri at-tadayun.
Karena rasa kagum itu merupakan bentuk ekspresi dari naluri at-tadayun, maka dia akan muncul ketika
ada dorongan luar selain dirinya. Kali ini, saya akan memfokuskannya pada
dorongan manusia, bukan benda. (Baca Selengkapnya)
Biasanya
seseorang merasa kagum pada orang lain terhadap sesuatu yang dia tak bisa
melakukannya. Misal, ketika saya mengagumi orang yang bisa bermain gitar [baik
laki-laki ataupun perempuan], itu artinya saya tak bisa bermain gitar, atau
setidaknya saya tidak bisa bermain gitar sebaik dia. Contoh lain misalnya jika
saya kagum terhadap orang yang hafalan qur’annya banyak, itu artinya saya tidak
memiliki hafalan sebanyak dia.
Saya
yakin banyak juga dari teman-teman yang pernah merasa kagum terhadap orang
lain. Termasuk pun saya. Saya tergolong orang yang mudah mengagumi orang lain,
bahkan terhadap hal yang sepele. Apalagi terhadap sesuatu yang menyangkut bakti
seorang anak terhadap orang tuanya. Rasanya, jika melihat ada orang yang begitu
menyayangi kedua orang tuanya dengan berbagai macam cara baktinya, saya merasa
orang itu the best lah. Rasanya jika seorang itu punya sifat cela,
selalu ada pembelaan bahwa dia baik jika sikap dia terhadap orang tuanya baik.
Tapi bukan berarti saya tidak bakti terhadap orang tua, ya. Hanya saja, saya
merasa tak se-wah dia, dan ini
menjadi dorongan positif agar saya semakin berbakti terhadap orang tua.
Dewasa
ini, saya melihat banyak orang yang tidak tepat dalam menyalurkan rasa
kagumnya. Terutama kaum muslim, yang lebih utamanya lagi remaja dan pemuda
pemudi muslim. Mereka mengagumi hal-hal yang mubah, bahkan dilarang oleh islam.
Mereka lebih mengagumi orang yang pandai bernyanyi gak karuan, rock n roll,
tapi pada orang yang pandai mengaji? Kayaknya mereka anggap kolot. Mereka lebih
memahami para selebritis, sampai-sampai mungkin beranjak pada takdis. Bahkan
ketika orang yang dikaguminya telah melakukan maksiat pun rasa kagumnya tak
pernah luntur. Lebih dari itu, mereka pun bahkan lebih mengagumi orang kafir
daripada manusia mulia, Rasulullah Muhammad shallallohu
‘alaihi wassalam.. Selain itu, mereka yang katanya intelektual pun lebih
mengagumi pemikiran barat, pemikiran asing di luar islam dibandingkan pemikiran
atau tsaqofah islam. Mereka lebih meyakini sistem lain dan meragukan sistem
islam.
Saya
jadi teringat pada sebuah hadits Rasul yang kurang lebih bunyinya “di akhirat kelak kita akan bersama orang
yang kita cintai”. Tentu saja, bukan berarti ketika kita mengagumi
seseorang itu sama artinya dengan kita mencintai orang itu. Hanya saja,
biasanya rasa kagum itu bisa menghantarkan pada rasa cinta. Bisa terbayangkan
oleh kita, jika seorang muslim kagum dan akhrinya mencintai orang kafir, maka
bisa dipastikan kita diakhirat kelak pun bersama dengan orang kafir itu. Kalo
orang kafir itu dia masuk surga atau neraka ya? Ya karena dia tidak beriman
kepada Allah, maka dapat dipastikan dia tak kan masuk surga, alias akan masuk
neraka. Mau masuk neraka? Na’udzubillahimindzalik..
Seharusnya,
sebagai seorang muslim kita hanya boleh mengagumi terhadap sesuatu yang baik
menurut Allah. Tentu saja kita harus tahu terhadap apa-apa saja yang baik
menurut Allah, dan mana yang buruk menurut Allah. Itu artinya kita mesti
semakin banyak mengetahui ilmu Allah, harus banyak mengkaji islam kembali. Dan
jika pun kita sekarang telah banyak mengagumi seseorang karena hal yang baik
menurut Allah, itu artinya kita masih harus perlu belajar dan belajar terus.
Mengapa? Karena, seperti yang saya ungkapkan di atas, biasanya seseorang merasa
kagum pada orang lain terhadap sesuatu yang dia tak bisa melakukannya.
Semoga Allah memudahkan kita
dalam proses pembelajaran menuju umat yang terbaik..
Wallohu’alam bi ashowab..
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan menggunakan bahasa yang sopan, jika tidak maka admin akan memasukkannya dalam kategori spam.