Rasulullah saw bersabda,
"Orang yang paling menakjubkan keimanannya adalah mereka yang belum pernah bertemu denganku, belum pernah mendengar suaraku, tapi mereka beriman kepadaku, mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang Allah berikan kepada mereka. Sungguh betapa rindunya aku berjumpa dengan mereka". (Tafsir Ad dur Al Mantsur)
Adakah seorang muslim yang tidak merindukan Rasulullah? Saya rasa jawabannya tidak. Semua muslim ingin berjumpa Rasulullah, merindukan Rasulullah, suri tauladan sepanjang masa. Sekarang, jika kita balik, siapa yang Rasul rindukan? Apakah keluarganya? Apakah para sahabatnya? Ternyata tidak, yang Rasul rindukan adalah "mereka yang belum pernah bertemu denganku, belum pernah mendengar
suaraku, tapi mereka beriman kepadaku, mendirikan shalat dan menafkahkan
sebagian rizki yang Allah berikan kepada mereka". Siapakah mereka itu?
Sedikit belajar dari sejarah, ternyata dulu di zaman Rasul pun ada seorang hamba Allah yang hidup sezaman dengan Rasul, tapi belum pernah bertemu sekalipun. Ia dijuluki sebagai Tabiin Al Khoir, pengikut yang terbaik, karena meski dia belum pernah bertemu dengan Rasul, dia sangat mencintai Rasul, menjalankan segala perintah dan sunnah-sunnah Rasul. Dialah Rahimullah Uwais Al Qarni, seorang pemuda sederhana dari Yaman. Dia bukanlah berasal dari keluarga yang terpandang, dia hanya seorang pemuda biasa yang kesehari-hariannya berdagang dan mengembala kambing. Dia hidup dengan ibunya yang sudah tua renta dan buta. Maka, seluruh hidupnya dia baktikan hanya untuk ibunya tercinta. Setiap saat ia selalu merindukan Rasul dan ingin berjumpa dengan Rasul, namun dengan keadaan ibunya yang demikian, ia tidak tega untuk meninggalkan ibunya. Hingga suatu hari, sang ibu yang selalu tahu keinginan anaknya untuk bertemu Rasul, mengizikan dia untuk pergi ke Madinah untuk menemui Rasul. Namun sayang, qada Allah berkata lain, sesampainya di Madinah, ternyata Rasul sedang bepergian ke luar Madinah. Uwais pun dengan berat hati kembali ke Yaman untuk membaktikan hidupnya untuk sang Ibu nya lagi.
Saat Rasul kembali ke Madinah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita mengenai Uwais al-Qarni tanpa pernah melihatnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia
seorang penduduk Yaman, daerah Qarn, dan dari kabilah Murad. Ayahnya
telah meninggal. Dia hidup bersama ibunya dan dia berbakti kepadanya.
Dia pernah terkena penyakit kusta. Dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala, lalu dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia
diberi kesembuhan, tetapi masih ada bekas sebesar dirham di kedua
lengannya. Sungguh, dia adalah pemimpin para tabi’in.”
Itulah kisah Uwais Al Qarni, sang pengikut yang terbaik, Tabiin Al Khoir. Maka, jika kita merefleksikan sabda Rasul yang menjadi pembuka di tulisan ini pada masa sekarang, ternyata kita pun bisa menjadi Uwais Uwais di masa kini. Kita akan menjadi orang yang dirindukan oleh Rasul, jika kita pun bisa seperti Uwais, mengimani kebenaran islam sepenuh hati, dan menjalankan segala perintah dan sunnah-sunnah Rasul meski kita belum prnah bertemu Rasul dan belum pernah mendengar suara Rasul.
Jika kita telaah lebih dalam, wajar ketika Rasul merindukan kita, orang-orang muslim yang hidup jauh dari zaman kenabian. Mengapa? Karena, di zaman sekarang betapa banyak ujian dan rintangan dalam mempertahankan keimanan. Jika dulu para sahabat menemukan suatu permasalahan, mereka dengan mudah bisa langsung mempertanyakan masalah tersebut kepada Rasulullah. Namun sekarang, jika umat muslim menemukan suatu masalah, pada siapa kita bisa mengadu? Seorang Kholifah tidak ada, para ulama sudah meninggalkan aktivitas ijtihadnya. Alhasil, kita harus lebih berusaha untuk bertahan dengan serakungan zaman. Kemudian, ketika kita yang menyuarakan kebenaran di tengah-tengah kekufuran saat ini, tidak ada yang bisa menguatkan diri seperti dulu Rasulullah menguatkan para Sahabatnya. Sungguh, pengorbanan para pejuang islam saat ini sangat luar biasa. Semoga kita termasuk di dalamnya, orang-orang yang selalu terus memperjuangkan tegaknya islam, orang-orang yang selalu Rasul rindukan.
Terakhir, saya tutup dengan sebuah lirik lagu dari The Zikr, "Rasulullah" dan BPM, Rinduku
Rasulullah dalam mengenangmu
Kami susuri lembaran sirahmu
Pahit getir perjuanganmu
Membawa cahaya kebenaran
Engkau taburkan pengorbananmu
Untuk umat mu yang tercinta
Biar terpaksa tempuh derita
Cekalnya hatimu menempuh ranjaunya
Tak terjangkau tinggi pekertimu
Tidak tergambar indahnya akhlak mu
Tidak terbalas segala jasa mu
Sesungguhnya engkau rasul mulia
Tabahnya hatimu menempuh dugaan
Mengajar erti kesabaran
Menjulang panji kemenangan
Terukir nama mu di dalam Al Quran
Rasulullah kami ummatmu
Walau tak pernah melihat wajah mu
Kami cuba mengingatimu
Dan kami cuba mengamalsunnah mu
Kami sambung perjuanganmu
Walau kami dicaci dihina
Tapi kami tak pernah kecewa
Allah dan rasul sebagai pembela
Kami susuri lembaran sirahmu
Pahit getir perjuanganmu
Membawa cahaya kebenaran
Engkau taburkan pengorbananmu
Untuk umat mu yang tercinta
Biar terpaksa tempuh derita
Cekalnya hatimu menempuh ranjaunya
Tak terjangkau tinggi pekertimu
Tidak tergambar indahnya akhlak mu
Tidak terbalas segala jasa mu
Sesungguhnya engkau rasul mulia
Tabahnya hatimu menempuh dugaan
Mengajar erti kesabaran
Menjulang panji kemenangan
Terukir nama mu di dalam Al Quran
Rasulullah kami ummatmu
Walau tak pernah melihat wajah mu
Kami cuba mengingatimu
Dan kami cuba mengamalsunnah mu
Kami sambung perjuanganmu
Walau kami dicaci dihina
Tapi kami tak pernah kecewa
Allah dan rasul sebagai pembela
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saat Ku duduk di kesendirian
di Antara Rindu dan Asa
S'lalu Terbayang dalam anganku Senyummu yang lembut dan Tulus
Ku Rindu padamu ya Rosul
Ku Rindu Ada di dekatmu
Inginku Jumpa sekejap saja meski
hanya dalam Mimpi
Allahummasalli ala muhammad ya robbi salli alaihi Wassallim