Download Materi Kajian Islami

Tuesday, 2 April 2013

SBP 2013: Ironi Kekerasan Terhadap Perempuan, Masihkan Demokrasi sebagai Solusi?

Latar Belakang:


Komnas Perempuan mencatat dalam waktu 13 tahun terakhir kasus kekerasan seksual berjumlah 93.960 kasus dari total 400.939 kasus kekerasan yang dilaporkan. Artinya, setiap hari ada 20 perempuan menjadi korban kekerasan seksual. Dan setiap tahunnya jumlah kekerasan seksual pada perempuan meningkat, data dari tahun 2007-2012 menunjukkan bahwa jumlah kasus kekerasan seksual naik 200% (komnasperempuan.or.id).

Menurut Ketua presidium IPW Neta S Pane, dari kasus 2013, jumlah korban ada 29 orang, sementara pelakunya 45 orang. Itu menandakan tindak kejahatan seksual sudah bersifat makin masif dan makin brutal. Selain itu, kasus perkosaan juga makin parah. Sebagian besar korban masih belia. Dari 29 korban itu, 23 orang masih berusia dibawah 16 tahun, 6 orang berusia 17-30 tahun. Pelakunya, dari 45 pelaku, 32 orang berusia 14-39 tahun, 12 orang berusia 40-70 tahun dan 1 orang diatas 70 tahun. Sementara lokasinya, sebagian besar (21 kasus) terjadi di rumah korban dan 6 kasus di jalanan (Republika, 29/1/2013).

Tak kalah menghebohkan sebuah kasus pemerkosaan massal di Delhi terjadi pada penghujung tahun 2012. Seorang pelajar magang fisioterapi perempuan dipukuli dan diperkosa sekelompok orang di Delhi, India pada tanggal 16 Desember 2012, dan meninggal tiga belas hari kemudian saat menjalani perawatan gawat darurat lanjutan di Singapura karena kerusakan otak dan pencernaan akibat serangan yang terjadi. Keenam orang tersebut, yang termasuk si pengemudi, telah ditangkap dan didakwa atas serangan yang telah dilakukan itu.

Kasus kekerasan terhadap perempuan hampit terjadi di seluruh dunia, saat ini di AS, setiap harinya ada 3 perempuan meninggal di tangan suami, pasangan, atau mantan pasangan mereka, 1 dari 5 perempuan telah menjadi korban pemerkosaan atau percobaan pemerkosaan, dan 1 dari 4 anak perempuan dicabuli sebelum usia 18 tahun. Negara-negara liberal kapitalis lainnya bergulat dengan tingkat permasalahan yang sama. India misalnya, telah menjadi salah satu negara yang populer dengan angka pemerkosaan yang tinggi di dunia. Sementara negara-negara barat di Eropa menunjukkan bahwa 1 dari 4 perempuan mereka telah mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Di Inggris, Home Office mengungkapkan data statistik yang mencengangkan pada bulan Januari 2013 lalu bahwa setidaknya seorang perempuan diperkosa setiap 6 menit sekali di UK.
Ada berbagai macam analisis untuk mencari penyebab kekerasan terhadap perempuan, apalagi tren ini dari tahun ke tahun kasusnya terus meningkat. Pemicu kekerasan terhadap perempuan bisa faktor ekonomi, pendidikan yang rendah atau faktor sosial. Faktor sosial ini berkaitan dengan budaya masyarakat kita kalau melihat permasalahan yang terjadi di Indonesia. Hal ini juga di tuturkan oleh Linda Amalia Sari Gumelar, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.

Saya juga masih melihat kuatnya struktur masyarakat kita yang masih patrialis bahwa budaya kita mengatakan kalau anak laki-laki itu harus diutamakan dari anak perempuan,” tuturnya saat berbincang secara eksklusif dengan Okezone di Kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (21/12/2012).

Faktor ekonomi dan pendididkan yang rendah pun sering menjadi pemicu lahirnya tindak kekerasan terhadap perempuan. Asumsi-asumsi penyebab kekerasan terhadap perempuan ini pun melahirkan berbagai solusi yang di tawarkan baik itu oleh pemerintah atau pun LSM-LSM perempuan. Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, kebebasan perempuan, keterlibatan perempuan di ranah politik dan pemberdayaan ekonomi perempuan adalah konsep yang sering di tawarkan pemangku kebijakan negeri ini untuk menuntaskan permasalahan kekerasan terhadap perempuan. Apakah solusi-solusi ini akan mengantarkan kepada penyelesaian masalah secara tuntas?atau malah menambah permasalahan baru?

Akhirnya, kondisi tersebut mendorong Keputrian DKM Universitas Padjadjarann menyelenggarakan acara Sehari Bersama Perempuan 2012 untuk mengangkat wacana “Ironi Kekerasan Terhadap Perempuan, Masihkah Kebebasan Perempuan Menjadi Solusi?” dalam sebuah acara yang dikemas khusus untuk muslimah. Acara yang akan diselenggarakan ini  diharapkan dapat turut memberikan kontribusi yang signifikan bagi kehidupan bermasyarakat. Selain itu, hal yang paling mendasar ialah karena Islam sebagai pedoman hidup yang sempurna bagi manusia memiliki solusi atas setiap persoalan hidup manusia, termasuk permasalahan politik yang berkembang saat ini.
sabda Nabi SAW:

))إنما النساء شقائق الرجال ما أكرمهن إلا كريم وما أهانهن إلا لئيم((
Perempuan adalah saudara kandung para lelaki, tidak akan memuliakannya kecuali lelaki yang mulia dan tidak akan menghinakannya kecuali lelaki yang hina.”





No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan menggunakan bahasa yang sopan, jika tidak maka admin akan memasukkannya dalam kategori spam.

Anggaran IKN Melambung Tinggi: Untuk siapa?

              Meski banyak pro kontra sejak diwacanakannya, pemindahan ibu kota negara  Indonesia yang lebih dikenal sebagai Ibu Kota Nusant...