Cerpen ini yang pertama, kalo yang ke-2 kayak karangan anak SD, kalo yang pertama ini kayak anak TK. hehehe, masih sangat perlu belajar lagi..
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pagi itu ketika
hari pertama aku masuk SMA..
“Aduuuh,udah jam 06.30 lagi, aku belum sisir rambut, pake bando, diiketin rambutnya… Mana
rambuku susah diatur lagi!! Eeuuh….” Keluhku sambil menyisir rambut di depan cermin.
“Ade! Ayo kita berangkat!” Kakakku
berteriak dari depan rumah sembari membetulkan kerudungnya yang sangaattt
lebar.
Kakak perempuanku, Bionanda Ayu
Lestari, sudah mengajakku untuk pergi bersama. Kebetulan dia sekolah di SMA
yang sama dengan SMA yang baru aku masuki. Hanya saja sekarang dia kelas XI, beda satu tingkat denganku.
“Kok kakak cepet sih?? Padahal kan
aku mandi duluan..” Tanya ku pada kak Bio sambil mengikat rambutku yang belum
rapi.
“Kan kakak pake kerudung… tinggal
sisir, diikat, pake kerudung, beres deh!!” Kak Bio menjawab sambil memperagakan
apa yang dibicarakanya.
“Aaaahhhh…. Enak banget siiihhhh…
Kakak curang!!!” Aku mengeluh sambil memakai sepatu.
“Makanya, ade pake kerudung aja
yuk??”, kata kakak sambil mengedipkan mata kirinya seraya tersenyum simpul.
“Gak mau ah! Ribet! Gak bebas!”
Elakku sambil berdiri siap untuk berangkat.
“Yakin ribet? Gak bebas? Ya udah
deh, gimana ade aja, tapi kakak yakin, nanti ade juga bakal ngikutin kakak.”
Kata kakak dengan PD-nya.
“Yakin banget sih kakak, liat aja
nanti, kakak pasti salah!” Kataku sambil
cemberut.
“Yuk kak, kita berangat, aku udah
siap!”
Sejak saat itu aku dan kakak selalu
berangkat bersama ke sekolah. Dan sejak saat itu pula, kakak selalu
meyakinkanku untuk memakai kerudung walau pun aku selalu “tidak” menggubrisnya, tapi kakak tetap sabar mengajakku tanpa memaksa.
Namun suatu hari, aku ada kerja kelompok mendadak, aku harus
berangkat ke sekolah lebih awal tanpa kakak. Ketika aku berjalan melewati
pangkalan ojek dekat rumahku, aku melihat ada seorang perempuan seusiaku yang
sedang digoda tukang ojek. Tak heran ku pikir, perempuan itu memang
berpenampilan sangat minim dan sangat ketat. Disisi lain, aku pun melihat
seorang jilbaber melewati pangkalan ojek dengan anggunnya. Tak seperti yang aku
lihat sebelumnya, perlakuan yang sangat
berbeda dari tukang ojek sangat jelas kentara. Anggukkan kepala dan senyum
hormat mereka tujukan pada sang jilbaber. Bahkan mereka pun mengucapkan salam.
Sesampainya di kelas, aku langsung
menghampiri teman-temanku yang sudah berkumpul. Seperti biasa, mereka
menungguku dengan pormasi yang selalu sama.
The
first, Berliana Salsabila. Duduk di atas meja dengan kaki
kanan ditumpangkan di atas kaki kiri. Sisir di tangan kanannya dan tak lupa
cermin di tangan kirinya. Dia sedang asyik bercermin sambil merapihkan poninya.
Next,
Beugenvile Ungu. Dara blasteran Sunda-Belanda ini sedang asyik membaca buku.
Lembar demi lembarnya cepat sekali berlalu. Matanya selalu terfokus mengincar
setiap kata dari bukunya. Seakan-akan ia tak mau kecolongan satu detik pun dari
laju waktu. Dan sepertinya buku yang ia
baca kali ini komedian deh, dia terlihat cekikikan sendiri.
The
last, Bunga Pertiwi. Gadis betawi tulen ini mondar-mandir tak karuan.
Sambil berkacak pinggang
dan dengan raut muka yang tampak kesal ia terus bergumam. Kakinya tak pernah
berhenti melangkah, bahkan lem ampuh sekalipun mungkin tak kan mampu
menghentikannya. Haduuuhhh.. Aku harus menyiapkan mental untuk menerima
ocehannya!
Langkahku yang tergesa-gesa akhirnya
berujung di sekumpulan anak hawa tadi. Dengan nafas yang ngos-ngosan dan peluh
keringat yang mulai jatuh di keningku, aku duduk mengambil posisi di samping
Evi yang dari tadi tak melepaskan pandangannya dari buku yang ada di tangannya.
“Biofani
Indah Syahraniiiii…. Kamu lama banget sih???” , ocehan pertama mulai keluar
dari mulut Bunga.
“Maafin aku ya teman-teman… Tadi aku
harus jalan kaki dulu, jadi agak telat dehhhh…”, dengan kedua tangan dirapatkan
di dada, aku memelas pada mereka. Tak lupa pasang muka yang paling menyedihkan,
jurus ampuh yang ku punya.. hehehe
“Aduh Fani… udah deh, aku gak tega
lihat muka kamu yang memelas itu. Kita udah maafin kok. Ya kan Bunga? Evi?”,
kata Liana sembari menghampiriku dan kemudian memegang pundakku.
“Iya, Neng! Santai aja kali! Udah
biasa si Bunga mah, kalo ada tugas mendadak, pasti suka riweuh”, kata Evi
sambil melipat halaman bukunya, tanda ia mengakhiri bacaannya.
“Enak aja riweuh, aku kan cuma gak
tenang aja kalo ada tugas ngedadak kayak gini”, bela Bunga.
“Emangnya ada tugas apaan sih? Kok
kayaknya penting banget???”, tanyaku penasaran.
“Gini, Fan, sekarang kan minggu terakhir kegiatan pesantren kilat Rohis
sekolah kita, nah panitia bilang setiap kelompok harus ikut lomba karya seni. Baik
itu berupa puisi, drama, nasyid, ato apalah yang berbau seni”, tutur Liana
panjang lebar.
“Temanya harus mengenai keagamaan dan kalo bisa untuk akhwatnya tentang
jilbab”, sambung Evi.
“Dan kita hanya diberi waktu sampai hari sabtu. Itu artinya dead line nya
tinggal dua hari lagi Fan”, Bunga ikut menimpali.
“Owh..”, aku ngangguk-ngangguk mulai mengerti..
“So, gimana nih friends, ada ide?”, tanya Evi dengan alisnya yang
terangkat.
Sesaat hening serasa di kuburan…
Sepi serasa sendiri…
Yang terdengar hanya ketukan jari di atas meja, detakkan jantung dan
hembusan nafas…
Tiba-tiba, lampu-lampu di atas kepala kami menyala…
“Puisi!”, kata Evi seraya menjentikkan jarinya.
“Lukisan?”, kata Bunga dengan kedua alisnya yang terangkat.
“Music!”, Liana tak mau kalah.
“Dan kita kolaborasikan semuanya!”, kataku semangat ’45.
Semuanya saling berpandangan tersenyum puas dan langsung menyatukan tangan
kanan seraya meneriakkan yel-yel kebanggaan.
“EMPAT BEEEE… Ist The Best!!!, teriak kami gembira.
KRIIIIINGGGGGGGGGGG….
Bel tanda masuk berbunyi…
Kami pun langsung bubar, duduk di bangku masing-masing dan bersiap
mengikuti pelajaran sampai usai. Jam-jam telah berlalu, tiga guru bergantian
masuk untuk mengajar. Mereka selalu tidak lupa memberi kami oleh-oleh untuk di rumah.
Saking banyaknya, aku sampai kelabakan mengerjakan semua PR itu. Waktu untuk
kumpul bareng keluarga jadi semakin sedikit. Jadi, ada waktu luang sedikit pun
aku selalu memanfaatkannya untuk kumpul bersama keluarga, Ayah, Ibu, Kakak dan
Ade.
Sekarang aku mulai mengerti mengapa kakak juga dulu jarang kumpul bareng
keluarga, saat-saat SMA memang sangat sibuk. Mulai dari tugas yang menumpuk,
sampai amanah-amanah dari ekskul yang kita minati.
Tapi, ada satu dari kakak yang sampai sekarang belum aku pahami. Kakakku yang dulu supel dalam
bergaul, dengan siapa saja ia gampang nyambung, baik perempuan maupun
laki-laki. Tapi sekarang, dia jadi terlihat pilih-pilih, ramah di hadapan
perempuan, tapi terlihat jaga jarak dengan teman laki-lakinya, bahkan
kadang-kadang dia malah terlihat ketus.
Dulu kalo kita curhat, pasti topik yang paling mengasyikkan adalah tentang
percintaan. Tapi sekarang, kakak udah kayak ustadzah, selalu aja agama yang
dibicarakan. Kalo diajak ke Mall, dia paling bersemangat. Shopping bareng,
nonton ke bioskop, makan di café. Tapi sekarang, jangankan ke Mall, ada di
rumah aja dia jarang. Dia lebih suka ikut kajian di mesjid. Baju-bajunya pun
lebar-lebar semua, kayak ibu-ibu, pake gamis
terus. Malahan seragam sekolah pun disambung kayak gamis. Jauh deh kakakku yang
dulu gaul sama sekarang.
Jika aku tanya kenapa dia berubah sangat drastis, dia tersenyum dan
menjawab dengan tenang, “Kelak adeku tersayang ini pasti merasakannya”.
Huuuhhh… selalu aja kayak gitu. Kesel deh kalo kakak udah bicara kayak gitu.
Tapi memang dari lubuk hati ku yang paling mendalam, aku mengakui bahwa
perubahan kakak adalah perubahan yang baik. Kakakku yang sekarang adalah kakak
yang lemah lembut, penyayang, sopan santun, penyabar, selalu bersifat tenang
dalam menghadapi permasalahan dan yang paling mengagumkan, kakak selalu mampu
berpikir kritis, punya prinsip yang kuat dan bahkan sangat beridiologi Islam.
Terkadang aku pun suka penasaran, apa sih yang bisa merubahnya seperti ini?
Hingga suatu hari ketika kakak pergi kajian ke Mesjid, aku diam-diam masuk ke
kamarnya, berharap mendapatkan sesuatu yang bisa menjawab segala pertanyaan
yang ada di otakku.
Subhanallah…. Benar-benar ajaib!
Poster Edward Cullen yang sedang memeluk Isabella Swan kini tergantikan
dengan kaligrafi yang sangat indah. Sya’ir-sya’ir cinta dari Khalil Gibran kini
terhapus oleh kata-kata penyemangat dari Hasan Al-Banna. Rak-rak buku yang dulu
terisi penuh oleh novel-novel dan tips percintaan kini telah pensiun dan tergantikan
oleh buku-buku
keislaman.
Dan ada satu hal yang sangat menarik perhatianku, tulisan di pintu lemari
yang berbunyi “SANGAT RAHASIA, KEKASIHKU TERCINTA”.
Inilah yang aku cari! Jawaban dari semua kepenasaranku. Jangan-jangan
sekarang kakak punya pacar baru dan merahasiakannya kepadaku!
HAHAHAHAHA…
Dalam hati aku tertawa bahagia. Akhirnya aku akan segera mengetahui rahasia
terbesar kakak.
Tanpa berpikir panjang, aku mengendap-endap menuju lemari itu.
Celinguk kanan… celinguk kiri…
Yakin situasi aman terkendali, aku pun segera membuka lemari itu.
Pelan-pelan tapi pasti…
SATU… Aku memegang
pegangan pintu lemarinya…
DUA… Aku membuka lemari
itu dengan detak jantung yang semakin dag dig dug tak karuan…
TIGA… Aku sangat yakin
aku akan mendapatkan sesuatu yang ku cari. Sambil merem melek, aku mengintip
isi lemari itu. Tapi aku sangat penasaran, aku buka saja mataku lebar-lebar,
dan…
Tara….
“Heuh???”
Kok isinya cuma kerudung sama jilbab-jilbab (gamis) kakak sih?
Harapanku musnah… Benar-benar musnah… Aku tertunduk lesu, energi dalam
tubuhku hilang tak bersisa… Tiba-tiba sudut mataku melihat kotak yang aneh.
Mencurigakan! Kotak itu benar-benar mencurigakan. Dan secara serentak seluruh
kekuatanku terkumpul kembali. Tanpa kenal ampun, aku rampas kotak itu, dengan
menggunakan jurus tenaga dalam ku yang aku pelajari saat di bangku TK, aku buka
kotak itu… Hiyaaaatttt!!!!
“Hmm? Novel?”, lagi-lagi aku dibuat terheran-heran..
“Assalamu’alaikum…”, tiba-tiba pintu kamar terbuka.
“Ww..ww..wa’alaikum salam ka..”, jawabku terbata-bata.
“Wah! Ade udah nemuin rahasia kakak ya?”, tanya kakak sambil melangkah
menghampiriku.
Aku tertunduk malu. Tanganku memegang erat novel berjudul Aku dan Kekasihku
itu. Lalu perlahan-lahan aku sodorkan novel itu pada kakak.
“Maaf kak, Fani belum baca kok isinya..”, seperti biasa, aku memelas dengan
muka yang sangat menyesal. Bedanya kali ini kau benar-benar menyesal, bukan
sekedar ekspresi menyesal yang penuh kesandiwaraan.
“ Iya sayang …kakak gak
marah kok. Kakak malah seneng Fani bisa nemuin novel itu, kakak lupa nyimpen.
Kan Fani tau sendiri kakak ini orangnya pelupa berat! Hehehehe..”, kata kakak
sambil nyengir kuda.
“Ya syukur deh kalau begitu. Nih kak, novelnya Fani kembaliin”, kata ku
sambil menyimpan novelnya di
paha kakak.
“Gak pa pa Fan, justru kakak nyari novel ini buat dikasihin ke kamu. Dibaca
yak!”, kakak balik menyodorkan.
“Oke deh kalo gitu. Aku ke kamar dulu ya kak! Ntar aku pasti baca novel
ini”, kataku sambil melangkah meninggalkan kamar kakak.
Dalam hati aku sangat bersyukur kakak tidak marah pada ku, justru dia malah
memberikan rahasia terbesarnya padaku secara cuma-cuma. Setelah beres mandi, makan dan
mengerjakan tugas-tugasku, aku pun langsung membacanya. Lembar demi lembar
terus aku lalui. Tak terasa malam pun semakin larut, dan aku tiba di halaman
terakhir.
….
Seorang
muslimah yang sejati bukanlah dilihat dari kecantikan dan keayuan paras wajahnya
semata-mata. Wajahnya hanyalah satu peranan yang teramat kecil saja. Tetapi,
muslimah yang sejati dilihat dari kecantikan dan ketulusan hatinya yang
tersembunyi. Itulah yang terbaik.
Muslimah
sejati juga tidak dilihat dari bentuk tubuh badannya yang mempersonakan, tetapi
dilihat dari sejauh mana ia menutupi bentuk tubuhnya yang mempersona itu.
Muslimah sejati bukanlah dilihat dari sebanyak manakah kebaikan yang
diberikannya, tetapi dari keikhlasan ketika ia memberikan segala kebaikan itu.
Muslimah sejati bukanlah dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya, tetapi
dilihat dari apa yang sering mulutnya bicarakan. Muslimah sejati bukan dilihat
dari keahliannya berbahasa, tetapi dilihat dari bagaimana caranya ia berbicara
dan berhujjah kebenaran.
Muslimah
sejati bukan dilihat dari keberaniannya dalam berpakaian trand tetapi dilihat
dari sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya melalui apa yang
dipakainya. Muslimah sejati bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang di
tepi jalanan tetapi dilihat dari kekhawatiran dirinyalah yang mengundang orang
lain jadi tergoda. Muslimah sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan
besarnya ujian yang ia jalani tetapi dilihat dari sejauh mana ia menghadapi
ujian itu dengan penuh rasa ridha dan kehambaan kepada TUHAN-nya. Dan ia
sentiasa bersyukur dengan segala karunia yang diberikan.
Itulah
muslimah sejati, yang ia senantiasa menerima konsekuensi keimanannya. “Sami’na wa atho’na” , ketika ia
mendengar suatu kebenaran yang datangnya dari Rabb dan Rasullnya, maka ia
melaksanakannya.
…
Alhamdulillah.. ternyata begadangku ini tidak
sia-sia. Aku mendapatkan banyak pembelajaran dari novel ini. Aku bisa tahu
bagaimana perjuangan muslimah di Rusia sana dalam mempertahankan jilbabnya
ketika kediktatoran Reza Pahlevi melarang keras wanita berjilbab dan berkerudung.
Sedangkan aku, seorang muslimah Indonesia, yang diberikan kebebasan berjilbab
dan berkerudung oleh pemerintah malah menyia-nyiakan kesempatan itu. Aku sudah
termasuk pada orang-orang yang tidak bersyukur. Bahkan lebih dari itu. Aku
telah melanggar konsekuensi keimananku sebagai muslimah. Wanita islam yang
wajib memakai jilbab dan kerudung. Astaghfirullah… Ampuni aku Ya Rabb..
Tak terasa bulir-bulir bening mulai basah
mengalir lembut di pipiku. Aku yang sedari dulu tahu tentang wajibnya seorang
wanita islam berkerudung, menutup aurat, tapi aku malah berpaling dari
kebenaran itu. Mataku buta, telingaku tuli, mulutku kelu. Aku terus memohon
ampunan kepada Allah, sampai akhirnya mataku tertutup terbawa ke alam mimpi.
Akhirnya tiba saatnya penampilan karya seni kami.
Performance kami sudah sangat
dipersiapkan dengan matang. Kami akan memakai jilbab berwarna biru bermotifkan
bunga-bunga kecil berwarna putih dan kerudung berwarna biru. Sebelumnya kami
pun bahkan sempat belajar berkerudung dulu pada ka Nanda. Bunga memang desainer
yang bisa diandalkan. Di belakangnya ada background buatan Evi dan Liana
bergambar lukisan seorang jilbaber asal Rusia yang menjadi inspirasi kami dengan tulisan besar
“Kekasihku dan Kekasihmu” serta tidak lupa sound
effeck yang menggetarkan hati.
Sekarang saatnya aku bekerja. Membacakan sebuah
pisi buah karyaku sendiri. Dengan penuh percaya diri, aku yang berada di
tengah-tengah Evi, Liana dan Bunga maju dua langkah ke depan dan dengan lantang
membacakan bait demi bait syair puisiku.
Aku dan Kekasihku
Wahai kaum Hawa
Telah tersuguhkan kepadamu seulas senyum manis
Yang selalu singgah dimatamu
Itulah senyum modern
Terdengar pula olehmu
Alunan suara merdu selembut beledu
Yang selalu singgah di telingamu
Itulah suara zaman
Manis? Ya,memang manis..
Indah? Ya,memang indah..
Tapi..
Ada apa dibalik kemanisan itu?
Ada apa dibalik keidahan itu?
Hanyalah hiasan la’natullah!!
Dengan nada-nada syetan mereka berkata
Jilbab itu bukan zaman
Kerudung itu kampungan
Hai remaja anti busana Islam!
Tubuhmu itu bukan bahan obralan
Rambut itu mahkota keindahan
Wahai mujahidin Islam!
Janganlah kau terbawa arus zaman
Anjing menggonggong kafilah berlalu
Keindahan rambutmu, kehalusan kulitmu,
kesempurnaan tubuhmu
Bukanlah untuk dijadikan tontonan
Bukanlah untuk di iklankan
Bukanlah untuk diperjual belikan
Jilbab mu adalah perisai baja
Keredungmu adalah tirai-tirai emas
Kelengkapan busana, perisai tubuhmu
Jangan kau tanggalkan dia
Jangan kau jauhi dia
Cintailah dia
Karena dia
Kekasihku dan kekasihmu..
Tepukan tangan membahana di seantero sekolah. Aku
sangat terharu, karena hari ini adalah hari jilbab dan kerudung pertamaku.
Mudah-mudahan aku bisa istiqomah dengan keputusan yang aku pilih. Terima kasih kakakku
tercinta. Kau memang benar, aku akan merasakan dan mengikuti jejakmu.
Semoga nanti kita disatukan bersama mujahidah islam di kehidupan yang
sesungguhnya, syurga. Amiin..
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan menggunakan bahasa yang sopan, jika tidak maka admin akan memasukkannya dalam kategori spam.