Pernah
gak, sih, kita berpikir, “buat apa kita sekolah sejak kecil hingga
dewasa?”. OK lah, mungkin ilmu kelas satu SD dulu -membaca, menulis dan
menghitung- sungguh sangat bermanfaat hingga kita dewasa. Tapi, bagaimana
dengan pelajaran IPA SD kita? IPS kita? Biologi, Kimia, Matematika, Fisika, dan
yang lainnya, seringkah kita amalkan? Ada sebagian orang yang berpikir, “ya kita menuntut ilmu agar kita pintar, kalo
kita pintar kita bisa dapat kerja yang bagus, terus nanti kita kaya deh!”
Sesempit itu kah? Kalau memang hasil akhir dari kita menuntut ilmu hanya untuk
sekedar mendapatkan ijazah, kerja dan kaya saja, sungguh buang-buang waktu. Toh
orang lain juga ada yang lebih kaya, padahal dia gak menempuh pendidikan yang
tinggi. Mau contoh? Bill Gates, pendiri
dan ketua umum perusahaan perangkat lunak AS, Microsoft. Siapa sangka dia ternyata
di DO dari Harvard dan sebelumnya pernah bekerja sebagai Office Boy. Kemudian Mark
Zuckerberg, dia mengembangkan sebuah situs penghubung mahasiswa Harvard menjadi
Facebook. Dan tahukah teman? Dia pun di DO dari Harvard sebagaimana Bill Gates.
Dan banyak lagi contoh yang dia sukses tapi dia tak sempat berpendidikan
tinggi.
Memang, jika kita hanya berpikir
urgensi dari menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan kesuksesan duniawi saja, itu
merupakan pemikiran yang keliru. Mengapa? Karena hakikat menuntut ilmu yang
sesunggunya adalah untuk menabur kebaikan. Hal ini senada dengan apa yang
dikatakan oleh Syeikhul
Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah, ia berkata: “Kebaikan anak
Adam adalah dengan iman dan amal shalih, dan tidaklah mengeluarkan mereka dari
kebaikan, kecuali dua perkara: Pertama, Kebodohan, kebalikan dari ilmu, sehingga
orang-orangnya akan menjadi sesat. Kedua, Mengikuti hawa-nafsu dan syahwat, yang
keduanya ada di dalam jiwa. Sehingga orang-orang akan mengikuti hawa-nafsu dan
dimurkai (oleh Allah)”. (Majmu’ Fatawa 15/242)
Kebodohan adalah salah satu sebab utama
seseorang terjerumus ke dalam kemaksiatan dan kefasikan,
bahkan ke dalam kemusyrikan atau kekafiran.
Kebodohan bisa menuntun seseorang pada kerugian yang teramat besar bahkan akan
membuatnya celaka. Misalnya saja, seseorang yang tak mampu berhitung. Bisa jadi
dia ditipu orang ketika dia berjual beli dan parahnya dia tidak tahu dirinya
sedang ditipu orang. Seorang yang buta
hurup akan kesulitan dalam membaca setiap petunjuk. Berbeda halnya dengan orang
yang berilmu, dia tak mudah tertipu oleh orang. Ia dihargai oleh semua orang.
Ia memiliki harkat martabat tersendiri di mata masyarakatnya. Lihat bagaimana
kecerdasan nabi Ibrahim yang bisa menghalau kekufuran dan kecongkakan raja
Namrud. Lihat pula bagaimana dimuliakannya sahabat nabi, Ali bin Abi Thalib ra.
akibat kecerdasannya. Lihat pula bagaimana kecerdikan Salman Alfarisi yang
mampu menjadi kunci kemenangan tatkala terjadi perang Parit atau Khondak atau
Ahjab.
Sungguh islam memberikan perhatian
yang mendalam terhadap ilmu. Banyak bukti sejarah yang menunjukkan bagaimana
dunia islam mengunggulkan ilmu. Banyak ilmuan besar yang terlahir dari dunia
islam. Al Khoarizmi, dia adalah ilmuan islam penemu angka nol. Bisa dibayangkan
jika sampai saat ini kita menggunakan cara penulisan angka romawi, butuh berapa
panjang karakter untuk menunjukkan harga satu juta? Ibnu Sina, atau dunia Barat
kenal dengan Avi Cena. Dia adalah bapak kedokteran di dunia. Kitabnya menjadi
rujukan seluruh fakultas kedokteran di dunia. Siapakah dia? Dia adalah ilmuan
dunia islam. Semua teknologi yang ada sekarang asal muasalnya dari hasil temuan
ilmuan islam. Lensa kamera, kapal terbang, mesin tenun, kompas, globe, dan
masih banyak lagi. Bagaimana tidak, seorang muadzin saja harus mampu menguasai
ilmu perbintangan agar bisa adzan tepat pada waktunya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa,
betapa penting kita dalam menuntut ilmu. Bahkan menuntut ilmu itu sangatlah
wajib. Sebagaimana sabda Rasulullah “Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap
muslim.” [HR. Ibnu Majah, no:224, dishahihkan oleh
Syeikh Al-Albani di dalam Shahih Ibni Majah]
Pertanyaannya, ilmu apakah yang
wajib kita tuntut? Apakah hanya sekedar ilmu dunia saja? Mari kita renungi
sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam:
“Barangsiapa meniti satu
jalan untuk mencari ilmu, niscaya –dengan hal itu- Allah jalankan dia di atas
jalan di antara jalan-jalan surga. Dan sesungguhnya para malaikat
membentangkan sayap-sayap mereka karena ridha terhadap thalibul ilmi (pencari
ilmu agama). Dan sesungguhnya seorang ‘alim itu dimintakan ampun oleh siapa
saja yang ada di langit dan di bumi, dan oleh ikan-ikan di dalam air. Dan
sesungguhnya keutamaan seorang ‘alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan
purnama daripada seluruh bintang-bintang. Dan sesungguhnya para ulama itu pewaris
para Nabi. Para Nabi itu tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi
mewariskan ilmu. Baramngsiapa yang mengambilnya maka dia telah mengambil bagian
yang banyak.” [HR. Abu Dawud no:3641, dan ini lafazhnya;
Tirmidzi no:3641; Ibnu Majah no: 223; Ahmad 4/196; Darimi no: 1/98. Dihasankan
Syeikh Salim Al-Hilali di dalam Bahjatun Nazhirin 2/470, hadits no: 1388]
Ketika Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan keutamaan menuntut ilmu pada awal
kalimat, dan keutamaan ‘alim (orang yang berilmu) pada pertengahan kalimat,
lalu pada akhir kalimat beliau menjelaskan bahwa ilmu yang dimaksudkan adalah
ilmu yang diwariskan para Nabi, yaitu ilmu agama yang haq. Ini
bukan berarti bahwa ilmu dunia itu terlarang atau tidak berfaedah. Bahkan ilmu
dunia yang dibutuhkan oleh umat juga perlu dipelajari dengan niat yang baik,
karena itu dapat menunjang kehidupan kita di dunia.
Ilmu dunia dan ilmu agama biasanya
dianaloikan bagaikan setetes air dalam luasnya samudera. Ketika kita
mencelupkan jari kita ke tengah-tengah samudra, kemudian kita angkat jari kita,
maka akan ada setetes air yang tersisa. Setetes air itu ialah ilmu dunia,
sedang samudera luas yang membentang adalah ilmu agama. Atau orang pun sering
menganalogikannya dengan pasir. Ketika kita berada di tengah-tengah luasnya
padang pasir, kemudian kita menggenggam butiran pasir di tangan kita, kita tahu
dan merasa butiran pasir itu sangat banyak. Namun ternyata, banyaknya butiran
pasir dalam genggaman itu tak seberapa dibandingkan dengan luasnya pasir yang
kita pijak. Itulah perbandingan ilmu dunia dan ilmu agama. Hal ini dipertegas
lagi dengan suatu hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang kurang lebih berkata bahwa, “Ketika seluruh ranting yang ada di
dunia ini menjadi pena dan samudra menjadi tintanya, maka tidak akan mampu
menuliskan luasnya ilmu Allah (ilmu agama)”.
Bisa dibayangkan betapa luasnya ilmu Allah. Lantas, seberapa banyak waktu
yang kita gunakan untuk mencari ilmu Allah? Logikanya, jika kita menggunakan
lima hari dalam seminggu, setiap pukul 08.00-16.00 (rata-rata jam perkuliahan)
untuk mencari ilmu dunia yang hanya secuil, maka kita selayaknya meluangkan
waktu kita lebih banyak untuk ilmu agama bukan? Namun, di zaman ini rasanya itu
menjadi suatu ketidak mungkinan. Bayangkan, ketika di sekolahan saja kita hanya
mempelajari dua jam pelajaran agama dalam seminggu. Lebih parah lagi di
perkuliahan, kita hanya mempelajari rata-rata dua SKS saja dalam delapan
semester kita kuliah. Kita tidak bisa mengharapkan banyak mendapatkan ilmu
agama dalam sistem pendidikan kita saat ini. Lalau, bagaimana solusinya? Tidak
lain dan tidak bukan kita harus mencari dan memburu kajian-kajian keagamaan. Salah
satunya adalah dengan aktif di organisasi keagamaan. Maka dari itu, LDK DKM
Unpad mengajak teman-teman untuk sama-sama menambah tsaqofah dan hazanah islam.
Mari kita menuntut dan beruru ilmu kapan pun waktunya, karena kata
Rasulullah kita wajib mencari ilmu semenjak kita dilahirkan sampai kita
dimakamkan. Mari kita menuntut dan beruru ilmu dimana pun kita berada. Seperti
hadits Rasulullah, “Tuntutlah ilmu sampai ke Negeri Cina (simbol peradaban ilmu
zaman Rasulullah)”. Mari kita menuntut
dan beruru ilmu dengan siapa pun.
“Mau sukses di dunia? Raih IPK tinggi di Unpad.
Mau sukses di akhirat? Gabung aja dengan DKM Unpad J”
(Tresna Mustikasari, Kepala Departemen Pembinaan dan Kaderisasi Akhwat
LDK DKM Unpad)
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan menggunakan bahasa yang sopan, jika tidak maka admin akan memasukkannya dalam kategori spam.