Download Materi Kajian Islami

Sunday, 17 November 2013

Miss Rapi - HARUS!!


Seringkali saya mendapat sindiran mengenai kebiasaan saya yang teliti dalam hal kebersihan. Sekali waktu pernah seorang teman baru di tingkat pertama kuliah berkunjung ke kostan. Ia sedikit takjub dengan rapi nya penataan ruangan kamar saya yang kecil. Lantas saya berceletuk (dengan sedikit bercanda), “Mendingan saya tidur di karpet dari pada saya tidur di atas kasur dan membuat seprainya berantakan”. Seketika itu teman-teman tertawa melihat keekstriman saya menjaga kerapihan kamar. Sebenarnya, sih, tidak seekstrim itu. Hanya saja yang saat itu sepreinya kurang bersahabat, tidak pas dengan kasurnya, sehingga mudah kusut, dan yang saya maksud itu kalo tidur sebentar, bukan tidur malam.
                Memang saya termasuk orang yang suka kerapihan dan kebersihan. Saya suka keteraturan. Melihat tumpukkan buku yang tidak rapih saja saya risi. Saya selalu menyusunnya dari yang terbesar ke yang terkecil. Melihat rambut satu saja di karpet saya tidak nyaman, tak heran ketika saya ngekost sendiri, hampir tiga kali sehari saya menyapu karpet. Jika sedang mengerjakan tugas, sisa-sisa penghapus selalu saya kumpulkan disatu tempat, tidak membiarkan bertaburan begitu saja. Dan banyak lagi hal-hal yang saya rasa itu penting untuk dirapihkan.
                Melihat hal itu, terkadang teman-teman sekitar menjuluki saya “Miss Rapi”. Saking tidak enaknya melihat hal yang berantakan, ketika saya berkunjung ke kostan teman pun, saya seringkali komplain dan ikut membantu merapihkan. Jika saya berkunjung ke sekretariat (apa pun, pramuka, IPMAKA, atau DKM) saya seringkali gatal ingin membereskannya. Sifat saya sang satu ini pun terkadang juga membuat orang agak risi. Mungkin mereka pikir “terlalu segitunya”. Padahal jika dipikir-pikir bukan kah seharusnya kita mencintai kerapian dan kebersihan ya?
                Menjaga kebersihan dan kerapihan sangatlah banyak manfaatnya. Tentu saja, jika lingkungan kita bersih, kita akan nyaman berada di sana, otak kita rileks, mudah berpikir, dan yang paling penting terhindar dari berbagai penyakit. Lebih penting lagi, Allah dan Rasul-Nya sangat menyukai kebersihan. Rasulullah bersabda:
“Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah saw. : Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Mahamulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu” (HR. Tirmizi)”
                Kebersihan, kesucian, dan keindahan merupakan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT. Jika kita melakukan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT, tentu mendapatkan nilai di hadapan-Nya, yakni berpahala. Dengan kata lain, Kotor, jorok, sampah berserakan, lingkungan yang semrawut dan tidak indah itu tidak disukai oleh Allah SWT. Sebagai hamba yang taat, tentu kita terdorong untuk melakukan hal-hal yang disukai oleh Allah SWT.
“Diriwayatkan dari Malik Al Asy’ari dia berkata, Rasulullah saw. bersabda : Kebersihan adalah sebagian dari iman dan bacaan hamdalah dapat memenuhi mizan (timbangan), dan bacaan subhanallahi walhamdulillah memenuhi kolong langit dan bumi, dan shalat adalah cahaya dan shadaqah adalah pelita, dan sabar adalah sinar, dan Al Quran adalah pedoman bagimu.” (HR. Muslim)”
Dalam hadis yang kedua dinyatakan bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman. Maksudnya adalah, keimanan seseorang akan menjadi lengkap kalau dia dapat menjaga kebersihan. Dengan kata lain, orang yang tidak dapat menjaga kebersihan berarti keimanannya masih belum sempurna. Secara tidak langsung hadis ini menandaskan bahwa kebersihan bagi umat Islam merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diterapkan. Ini sangat jelas sekali, bahkan dalam bab fiqih, yang pertama di bahas adalah tentang thaharah (bersuci).
Selain Allah menyukai keindahan; kebersihan, kerapihan dan keteraturan pun akan membuat entropi lebih kecil. Apa itu entropi? Entropi adalah tingkat kekacauan (istilah termodinamika). Misalnya, jika kita punya lemari berisi 3 laci, kemudian kita menggunakan ke tiga laci itu untuk semua jenis pakaian, semuanya dicampur. Ketika kita hendak mencari baju A, maka akan sangat banyak kemungkinan baju itu tersimpan. Bisa di laci pertama, ke dua atau ke tiga. Alhasil kita memerlukan waktu yang cukup lama untuk mencarinya. Berbeda apabila kita mengkhususkan kegunaan perlaci. Misal laci pertama untuk kerudung, ke dua untuk jilbab, ke tiga untuk mihnah. Maka, jika suatu ketika kita hendak mencari jilbab, tinggal membuka laci ke dua dan kita pun langsung mendapatkannya. Begitupun dengan barang-barang lainnya. Misal di kesekretariatan, jika kita menyimpan setiap barang dengan rapi sesuai kelompoknya, maka itu akan lebih memudahkan kita ketika hendak memakainya.
Perkara menjaga kebersihan dan kerapihan kamar/kostan, saya selalu berpikir ini adalah hal yang sepele, tidak lah sulit. Tidak memerlukan waktu yang banyak untuk membuat lingkungan kita bersih dan teratur, cukup bermodalkan kedisiplinan dan kecepatan dalam mengerjakannya, alias cekatan. Mengapa saya bilang ini sepele? Karena jangkauan kita hanya kecil, hanya satu kamar saja. Berbeda jika kita ada di rumah, kita harus merapihkan semua ruangan, mencuci baju orang tua dan adik-adik kita, mencuci piring bekas makan semua orang, dan lain-lain. Lebih-lebih lagi kita sebagai wanita, jika kelak kita sudah berkeluarga sendiri, kita akan mengurusi keluarga dan rumah kita oleh diri kita sendiri. Jadi, kehidupan kita di kostan bisa menjadi pembelajaran awal untuk kehidupan nanti. So, mulailah biasakan hidup bersih, rapi serta teratur sejak sekarang, jika tidak nanti kita tidak dapat menyesuaikan dan keteteran..
Wallahu’alam bi ashowab..

2 comments:

Silahkan berkomentar dengan menggunakan bahasa yang sopan, jika tidak maka admin akan memasukkannya dalam kategori spam.

Anggaran IKN Melambung Tinggi: Untuk siapa?

              Meski banyak pro kontra sejak diwacanakannya, pemindahan ibu kota negara  Indonesia yang lebih dikenal sebagai Ibu Kota Nusant...