Seringkali saya mendapat sindiran
mengenai kebiasaan saya yang teliti dalam hal kebersihan. Sekali waktu pernah
seorang teman baru di tingkat pertama kuliah berkunjung ke kostan. Ia sedikit
takjub dengan rapi nya penataan ruangan kamar saya yang kecil. Lantas saya
berceletuk (dengan sedikit bercanda), “Mendingan saya tidur di karpet dari pada
saya tidur di atas kasur dan membuat seprainya berantakan”. Seketika itu
teman-teman tertawa melihat keekstriman saya menjaga kerapihan kamar.
Sebenarnya, sih, tidak seekstrim itu. Hanya saja yang saat itu sepreinya kurang
bersahabat, tidak pas dengan kasurnya, sehingga mudah kusut, dan yang saya
maksud itu kalo tidur sebentar, bukan tidur malam.
Memang
saya termasuk orang yang suka kerapihan dan kebersihan. Saya suka keteraturan.
Melihat tumpukkan buku yang tidak rapih saja saya risi. Saya selalu menyusunnya
dari yang terbesar ke yang terkecil. Melihat rambut satu saja di karpet saya
tidak nyaman, tak heran ketika saya ngekost sendiri, hampir tiga kali sehari
saya menyapu karpet. Jika sedang mengerjakan tugas, sisa-sisa penghapus selalu
saya kumpulkan disatu tempat, tidak membiarkan bertaburan begitu saja. Dan
banyak lagi hal-hal yang saya rasa itu penting untuk dirapihkan.
Melihat
hal itu, terkadang teman-teman sekitar menjuluki saya “Miss Rapi”. Saking tidak
enaknya melihat hal yang berantakan, ketika saya berkunjung ke kostan teman
pun, saya seringkali komplain dan ikut membantu merapihkan. Jika saya
berkunjung ke sekretariat (apa pun, pramuka, IPMAKA, atau DKM) saya seringkali
gatal ingin membereskannya. Sifat saya sang satu ini pun terkadang juga membuat
orang agak risi. Mungkin mereka pikir “terlalu segitunya”. Padahal jika
dipikir-pikir bukan kah seharusnya kita mencintai kerapian dan kebersihan ya?
Menjaga
kebersihan dan kerapihan sangatlah banyak manfaatnya. Tentu saja, jika lingkungan
kita bersih, kita akan nyaman berada di sana, otak kita rileks, mudah berpikir,
dan yang paling penting terhindar dari berbagai penyakit. Lebih penting lagi,
Allah dan Rasul-Nya sangat menyukai kebersihan. Rasulullah bersabda:
“Diriwayatkan dari
Sa’ad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah saw. : Sesungguhnya Allah
SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai
kebersihan, Dia Mahamulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai
keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu” (HR. Tirmizi)”
Kebersihan,
kesucian, dan keindahan merupakan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT. Jika
kita melakukan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT, tentu mendapatkan nilai di
hadapan-Nya, yakni berpahala. Dengan kata lain, Kotor, jorok, sampah
berserakan, lingkungan yang semrawut dan tidak indah itu tidak disukai oleh
Allah SWT. Sebagai hamba yang taat, tentu kita terdorong untuk melakukan
hal-hal yang disukai oleh Allah SWT.
“Diriwayatkan dari
Malik Al Asy’ari dia berkata, Rasulullah saw. bersabda : Kebersihan adalah
sebagian dari iman dan bacaan hamdalah dapat memenuhi mizan (timbangan), dan
bacaan subhanallahi walhamdulillah memenuhi kolong langit dan bumi, dan shalat
adalah cahaya dan shadaqah adalah pelita, dan sabar adalah sinar, dan Al Quran
adalah pedoman bagimu.” (HR. Muslim)”
Dalam hadis
yang kedua dinyatakan bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman. Maksudnya
adalah, keimanan seseorang akan menjadi lengkap kalau dia dapat menjaga
kebersihan. Dengan kata lain, orang yang tidak dapat menjaga kebersihan berarti
keimanannya masih belum sempurna. Secara tidak langsung hadis ini menandaskan
bahwa kebersihan bagi umat Islam merupakan sesuatu yang sangat penting untuk
diterapkan. Ini sangat jelas sekali, bahkan dalam bab fiqih, yang pertama di
bahas adalah tentang thaharah (bersuci).
Selain Allah
menyukai keindahan; kebersihan, kerapihan dan keteraturan pun akan membuat
entropi lebih kecil. Apa itu entropi? Entropi adalah tingkat kekacauan (istilah
termodinamika). Misalnya, jika kita punya lemari berisi 3 laci, kemudian kita
menggunakan ke tiga laci itu untuk semua jenis pakaian, semuanya dicampur. Ketika
kita hendak mencari baju A, maka akan sangat banyak kemungkinan baju itu
tersimpan. Bisa di laci pertama, ke dua atau ke tiga. Alhasil kita memerlukan
waktu yang cukup lama untuk mencarinya. Berbeda apabila kita mengkhususkan kegunaan
perlaci. Misal laci pertama untuk kerudung, ke dua untuk jilbab, ke tiga untuk
mihnah. Maka, jika suatu ketika kita hendak mencari jilbab, tinggal membuka
laci ke dua dan kita pun langsung mendapatkannya. Begitupun dengan
barang-barang lainnya. Misal di kesekretariatan, jika kita menyimpan setiap
barang dengan rapi sesuai kelompoknya, maka itu akan lebih memudahkan kita
ketika hendak memakainya.
Perkara menjaga
kebersihan dan kerapihan kamar/kostan, saya selalu berpikir ini adalah hal yang
sepele, tidak lah sulit. Tidak memerlukan waktu yang banyak untuk membuat
lingkungan kita bersih dan teratur, cukup bermodalkan kedisiplinan dan
kecepatan dalam mengerjakannya, alias cekatan. Mengapa saya bilang ini sepele?
Karena jangkauan kita hanya kecil, hanya satu kamar saja. Berbeda jika kita ada
di rumah, kita harus merapihkan semua ruangan, mencuci baju orang tua dan
adik-adik kita, mencuci piring bekas makan semua orang, dan lain-lain.
Lebih-lebih lagi kita sebagai wanita, jika kelak kita sudah berkeluarga
sendiri, kita akan mengurusi keluarga dan rumah kita oleh diri kita sendiri.
Jadi, kehidupan kita di kostan bisa menjadi pembelajaran awal untuk kehidupan
nanti. So, mulailah biasakan hidup bersih, rapi serta teratur sejak sekarang,
jika tidak nanti kita tidak dapat menyesuaikan dan keteteran..
Wallahu’alam bi ashowab..
Patut ditiru :)
ReplyDeletehehehe, mumpung banyak waktu teh..:)
ReplyDeleteUdah punya anak mah kyknya susah.. hehehe