Sumber: Google |
Pendidikan
kerap menjadi polemik di negeri katulistiwa ini. Betapa tidak, sudah 69 tahun
negeri ini ‘merdeka’, namun tak ada perubahan signifikan dalam dunia
penididikan kita. Setiap tahun ada saja kebijakan yang berubah. Bak kelinci
percobaan, para pelajar dicocoki dengan berbagai kebijakan yang kabur, tak
memiliki tujuan jelas. Misalnya saja kita tilik kurikulum pendidikan di
Indonesia yang sering berubah setiap ada pergantian Menteri Pendidikan.
Perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,
2004, 2006, 2012 dan yang terbaru 2013. Tak heran jika mutu pendidikan
Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu yang jelas dan banyak
memiliki ketertinggalan dibandingkan negara lainnya.
Menurut
versi Pearson, perusahaan pendidikan dan penerbitan yang berbasis di London,
dari 40 negara yang memiliki kategori pendidikan terbaik di dunia Indonesia
menempati posisi terbawah. Laporan dibuat berdasarkan penggabungan hasil tes
internasional serta data pendidikan milik Learning Curve Data Bank (LCDB) yang
dikompilasi sejak tahun 2012 hingga awal tahun 2014. Data yang dikumpulkan
tersebut mencakup indikator dan perkembangan setiap negara yang terdiri dari
hasil tes interasional seperti ternational Reading Literacy Study (PIRLS),
Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), Programme for
International Student Assessment (PISA), serta Programme for the International
Assessment of Adult Competencies (PIAAC).
Lebih mendetail Mentri
Pendidikan dan Kebudayaan Anies R. Baswedan, PhD memaparkan 75% sekolah di
Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan. UNESCO pada 2012
menyebut minat baca orang Indonesia hanya 0,001 atau hanya 1 dari 1.000 orang
Indonesia memiliki minat baca serius. Selama periode bulan Oktober-November
2014, terdapat lebih dari 230 berita kekerasan anak/pelajar. Tak hanya itu, mahalnya
biaya pendidikan menjadi buah bibir tersendiri. Bahkan, akhir bulan Juni 2013
kemarin masyarakata terkagetkan dengan aksi seorang ayah yang rela menjual
ginjalnya demi menebus ijazah sang anak. Tragedi bundaran HI lebih tepatnya.
Dan Masih banyak ribuan bahkan jutaan kisah masyarakat kecil yang jatuh bangun
hanya untuk dapat mengnyam manisnya pendidikan. Sungguh ironis, di saat bangsa
ini membulatkan tekad untuk menjadikan pendidikan sebagai hak setiap warga
negara sesuai yang termaktub dalam UUD pasal 31 ayat 1, tapi pemandangan
‘indah’ anak-anak putus sekolah pun sering kita jumpai. Tak hanya di satu
daerah tertentu saja, tapi hampir di seluruh pelosok indonesia ada anak-anak
yang putus sekolah.
Layaknya seorang
dokter, ketika akan mendiagnosa penyakit pasiennya serta memberikan obat yang
tepat padanya diperlukan pendalaman terhadap gejala-gejala yang diderita
pasien. Begitu pula dengan permasalahan pendidikan Indonesia yang gawat darurat
ini. Langkah Mendikbud Anies R. Baswedan, PhD yang telah mencoba untuk
menganalisa dan mendalami fakta pendidikan di lapangan merupakan langkah tepat
untuk mengetahui permasalahan pendidikan Indonesia sampai ke akarnya. Langkah
selanjutnya adalah mencari solusi yang fundamental tidak hanya bersifat
parsial.
Tentu sistem pendidikan
Indonesia tidak hanya berdiri sendiri dan harus ditopang oleh sistem lainnya.
Misalnya saja sistem ekonomi negara yang berkaitan dengan kebijakanpendanaan
pendidikan, sistem sosial budaya masyarakat yang berkaitan dengan pengembangan
pribadi dan norma anak didik di lingkungan di luar sekolah, sistem penerangan
terutama berkaitan dengan dunia internet yang kian mudah di akses oleh para
pelajar dan banyak hal lainnya. Oleh karena itu solusinya tidak hanya sebatas
perbaikan dalam hal komponen yang berkaitan erat dengan pendidikan saja, tapi
perlu ada perbaikan keseluruhan tatanan pemerintahan. Artinya kita perlu
merubah sistem yang sejak kemerdekaan 1945 hingga sekarang diterapkan, yaitu
Demokrasi Kapitalisme dengan sebuah sistem yang baru. Demokrasi Kapitalisme
selama berdirinya jelas-jelas tidak memberikan perubahan ke arah yang lebih
baik, malah sebaliknya, semakin terpuruk. Sistem yang bisa menggantikannya
tentu haruslah sistem yang paripurna. Sistem itu adalah sistem Islam yang
merupakan ciptaan Allah SWT yang sudah pasti tidak ada cacat didalamnya dan
telah terbukti mampu membawa kejayaan negara islam selama 1300 tahun lamanya.
Bahkan di pada saat itu dunia pendidikan islam berada pada puncak kejayaan
hingga mampu melahirkan ilmuan-ilmuan muslim yang mampu merubah peradaban
hingga saat ini.
Wallohu’alam bi
ashowab[]
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan menggunakan bahasa yang sopan, jika tidak maka admin akan memasukkannya dalam kategori spam.