Di lain pihak, para bujang merasa pacaran itu bak mendapat baby
sitter gratis. Tiap waktu ditanyain, “udah makan belum?”. Kalau sakit
selalu bilang, “mau aku buatin bubur?”. Kalau mau tidur selalu diantar dengan
kata, “moga mimpi indah..”. Ada juga yang bilang pacaran itu berasa dunia cuma
milik mereka berdua. Ke kantin berdua, ke sekolah berdua, jalan-jalan berdua,
pokoknya mana-mana berdua. Pacaran itu biar bisa dilindungin, biar semangat
belajar terus dapet ranking, diperhatiin, dibahagiain, pokoknya pacaran itu “you
are more than enough for me, deh!”
Monday, 1 February 2016
Janji-Janji Manis Pacaran
Salahkah kau mengaguminya?
Sang raja dangdut ternama berkata dalam lagunya, masa muda, masa
yang berapi-api. Adalah benar rupanya. Betapa tidak, dulu ketika saya masuk
sekolah menengah pertama (SMP), saya yang pendiam berubah menjadi aktivis
sejati. Bak pahlawan bertopeng di film Sinchan, saya berubah menjadi sosok
ditakuti di seantero sekolah karena menjadi penegak kebenaran. Tak takut dengan
ancaman senior-senior bergajulan yang hobinya membakar uang dengan menghisap daun
tembakau. Tak juga takut oleh cewek-cewek centil yang tak pernah lepas dari
berbagai rupa kosmetiknya. Rasa kasihan tak sedikit pun hinggap di hati meski
mereka yang terhakimi mendapatkan tamparan hebat guru di pipi. Tak ada rasa iba
yang menimpa diri bahkan ketika mereka dipaksa libur bersekolah.
Darah muda memang masa dimana semua hal pada dirinya muncul
bermekaran. Semangat, keberanian, kekuatan, dan tentunya cinta. Terlalu dini
memang mengatakan bahwa cinta itu muncul pada sosok remaja yang tak tahu
apa-apa. Gara-gara dapat sisa senyum manis senior aja udah dibilang cinta. Gara-gara
kena senggol dikit aja langsung cinta. Padahal mah, gak sengaja aja
kali. Gara-gara sering ketemu bareng di sekolah aja katanya cinta. Please deh,
yang namanya sesama anak sekolah emang pasti sering ketemu di sekolah, gimana ,
sih?! (sambil tepuk jidat =_= ). Emang dasar anak ABG (kamu
tahu kan ABG? Anak Baru Gede, atau Anak Bapak Gue, atau apalah sesuka kamu),
selalu dengan cepat menyimpulkan dan mengambil keputusan. Kan darah muda,
semangat terus tanpa henti.
Refleksi Akhir Tahun 2015: Kuatnya Cengkraman Neo-Imperialisme Terhadap Indonesia [Late Post]
Menjadi ritual rutin,
menjelang pergantian tahun setiap orang termasuk rakyat Indonesia bersuka cita.
Tidak jarang, setiap stasiun televisi bahkan setiap pemerintah di tiap
tingkatnya mengadakan perayaan pergantian tahun tersebut. Mulai dari perayaan
biasa sampai dengan luar biasa dengan merogoh kocek yang juga luar biasa. Semua
orang bertumpah ruah, meniupkan terompet, meledakkan kembang api,
berjingkrak-jingkrak, berdesak-desakkan dan menanti sampai hitung mundur pun
dimulai. Tak sedikit dari mereka merelakan waktu tidurnya dan diganti dengan
perayaan tahunan ini. Semua dilakukan dengan satu tujuan, berharap tahun yang
baru menjadi tahun yang lebih baik daripada tahun-tahun yang telah dilalui
sebelumnya. Harapan ini ditujukan bagi kehidupan individu dan bahkan bagi
kehidupan bernegara.
Harapan lebih baik
selalu diungkapkan di setiap pergantian tahunnya. Dulu ketika awal tahun 2015
pun rakyat berharap akan lebih baik dari tahun 2014. Tentu ketika kita berharap
“lebih baik” maka perlu ada sesuatu yang dibandingkan. Perlu ada ukuran yang pasti kita bisa
mengatakan apakah tahun 2015 yang telah kita lewati lebih baik dari[ada tahun
2014 lalu?
Subscribe to:
Posts (Atom)
Anggaran IKN Melambung Tinggi: Untuk siapa?
Meski banyak pro kontra sejak diwacanakannya, pemindahan ibu kota negara Indonesia yang lebih dikenal sebagai Ibu Kota Nusant...
-
Galileo Galilei (1564-1642) Seorang ahli fisika, filsafat, astronomi, dan matematika alami dari...
-
Hukum Archimedes Kalau suatu benda dicelupkan ke dalam suatu zat cair, maka benda itu akan mendap...
-
Bagian Pertama dari Dua Tulisan [1/2] Sarana yang paling agung yang merupakan sarana pokok dan dasar bagi tergapainya hidup bahagi...