Download Materi Kajian Islami

Sunday, 17 September 2023

BBM Naik, Rakyat Kian Tercekik

 

Setelah kenaikan harga telur, lalu isu kenaikan harga mie, sekarang ditambah lagi dengan kenaikan harga BBM. Ibarat kata pepatah, habis terjatuh tertiban tangga pula. Begitulah kira-kira apa yang dirasakana mayoritas rakyat saat ini. Kenaikan BBM tersebut digadang-gadang karena harga minyak mentah dunia saat ini sedang naik. Namun pertanyaannya, ketika harga minyak mentah dunia turun, apakah terjadi penurunan harga BBM pula? Jawabannya tidak.

            Lalu dikatakan pula, alasan kenaikan BBM dengan cara penghapusan subsidi tersebut karena adanya ketidak tepatan sasaran penggunaan BBM subsidi, yang seharusnya dinikmati oleh rakyat miskin, tapi malah dinikmati oleh kalangan yang mampu. Benarkah demikian?

Standar Kemiskinan yang Kacau

Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 274 juta ini, 26 juta diantaranya masih terkategori rakyat miskin. Memang secara persentasi tidak sampai 10% dari total seluruh penduduk Indonesia, namun kita harus melihat standar apa yang ditetapkan pemerintah sehingga dikatakan sebagai orang miskin. Ternyata ambang batas garis kemiskinan pada Maret 2022  hanya Rp505.469 per kapita per bulan. Bisa dibayangkan, dengan kondisi saat ini yang segalanya serba mahal, Pendidikan, Kesehatan, Sandang, Papan dan Pangan pun kian mahal, angka Rp505.469 per kapita per bulan jauh dari kata layak sebagai standar kemiskinan. Gaji minimal UMR saja masih banyak rakyat yang hidup serba kesulitan, apalagi hanya Rp505.469.

Tentu tidak tepat jika dikatakan penikmat BBM bersubsidi tidak tepat sasaran, karena standar kemiskinan yang ditetapkan oleh pemerintah pun jauh dari kata layak. Dan seandainya benarpun banyak penggunanya adalah orang yang mampu, seharusnya tidak masalah. Karena mereka yang kaya membayar pajak yang ditetapkan pemerintah. Seharusnya mereka pun berhak mendapatkan fasilitas berupa murahnya BBM. Adapun mindset yang mengatakan bahwa pemerintah terlalu memanjakan orang-orang kaya dengan memberikan subsidi BBM, itupun mindset yang keliru. Seharunya pemerintah bangga jika mampu memberikan harga murah bagi seluruh rakyatnya, tanpa pandang bulu. Karena seluruh rakyat ibarat seorang anak. Tidak ada hitung-hitungan untung rugi, bahkan senantiasa berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Siapa pun itu, miskin atau kaya.

 Kapitalisme Menuntut Penghapusan Subsidi

Sejatinya, ada atau tidaknya kenaikan harga minyak mentah dunia, pemerintah pasti akan menaikan harga BBM. Kenaikan harga minyak mentah dunia hanya dijadikan momentum dan kambing hitam saja. Hal itu karena, Indonesia yang telah bergabung dalam berbagai kesepakatan ekonomi regional, bilateral bahkan multilateral, memiliki konsekuensi untuk menyukseskan pasar bebas ala kapitalis dengan meniadakan peran pemerintah dalam berbagai sektor  di negaranya. Pemerintah hanya bertugas sebagai regulator saja. Alhasil berbagai subsidi misalnya dalam BBM, Listrik, Kesehatan dll lambat laun harus dihapuskan agar tercipta persaingan yang sehat di antara pihak swasta yang saat ini sudah merambah dari hulu ke hilir.

Misalnya saja, di bidang SPBU, di Indonesia tidak hanya didominasi oleh Pertamina, saat ini muncul berbagai SPBU asing seperi Shell asal Belanda, British Proteleum asal Inggris, serta Vivo asal Swiss. Jika pemerintah terus memberikan subsidi, maka lambat laun perusahaan asing akan kalah saing, dan hengkang dari Indonesia sebagaimana Petronas asal Malaysia dan Total asal Perancis yang resmi tutup. Hal itu merugikan sistem kapitalis dan harus segera diatasi agar Indonesia tetap menjadi lahan subur investasi swasta.

Jadi, semakin jelas bahwa penghapusan subdsidi bukan karena tidak tepat sasaran, tapi itu adalah jalan untuk memuluskan cita-cita sistem kapitalis untuk menjadikan Indonesia ikut serta serratus persen dalam pasar bebas dunia.

 Islam Menjamin Kebutuhan BBM

            Berbeda dengan sistem kapitalis yang menilai BBM sebagai bahan komoditas untung dan rugi bahkan kepada rakyatnya sendiri, Islam memandang BBM sebagai bagian dari kebutuhan pokok masyarakat yang wajib dipenuhi oleh negara. Sebagaimana hadits Rasulullah salallohu ‘alaihi wassalam, kaum muslim berserikat dalam tigal hal, yaitu air, api dan padang rumput. Api yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah sumber energi. Maka BBM adalah hal yang wajib dijamin oleh Islam pada rakyatnya.

            Oleh karena itu, pengelolaan semua sumber daya alam, termasuk di dalamnya berkaitan sumber energi, negara wajib menjadikannya sebagai kepemilikan umum yang dikelola langsung oleh negara. Artinya tidak boleh ada swasta yang bermain di sana kecuali statusnya hanya sebagai karyawan yang digaji oleh negara, bukan sebagai pemilik. Lalu hasil keuntungan dari sumber daya alam tersebut akan dikembalikan kepada rakyat berupa BBM yang murah bahkan gratis. Jika ada lebih maka akan digunakan untuk membangun infrasturktur bagi kepentingan umum seperti sekolah, rumah sakit, jalan raya, dan lain-lain.

 Penutup

            Sayang seribu saying, Indonesia dengan keberlimpahan sumber daya alam termasuk di dalamnya sumber daya energi tidak mampu menjadikan rakyatnya sejahtera, namun kian hari malah kian tercekik. Begitulah jika kapitalisme menjadi acuan dalam bernegara, yang diutamakan hanyalah kepentingan para pemilik modal saja. Hanya dengan Islam saja rakyat semua kalangan, miskin maupun kaya bisa merasakan kesejahteraan yang hakiki. Wallohu’alam bishowab.


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan menggunakan bahasa yang sopan, jika tidak maka admin akan memasukkannya dalam kategori spam.

Anggaran IKN Melambung Tinggi: Untuk siapa?

              Meski banyak pro kontra sejak diwacanakannya, pemindahan ibu kota negara  Indonesia yang lebih dikenal sebagai Ibu Kota Nusant...