Download Materi Kajian Islami

Wednesday, 20 September 2023

Literasi Keuangan Jalan Kapitalis Eksploitasi Peran Pemuda

 


            Indonesia dengan penduduk muslim terbanyak di dunia memiliki potensi ekonomi syariah yang sangat besar. Oleh karenanya, Indonesia menetapkan visi Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024 menjadi Indonesia yang mandiri, makmur, madani, dan menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah terkemuka di dunia. Visi tersebut semakin dirasa optimis terlebih berdasarkan Cambridge Global Islamic Financial Report, Indonesia berhasil menempati peringkat pertama pada Islamic Finance Country Index 2021, melampaui peringkat Arab Saudi dan Malaysia. Adapun indikator penilaian meliputi perbankan syariah, pasar modal syariah, takaful dan retakaful, keuangan mikro Islam, pariwisata ramah muslim, industri fashion muslim, obat-obatan halal, kosmetik halal, dan produk makanan halal.

            Untuk menyukseskan masterplan ekonomi syariah tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, gencar meningkatkan literasi keuangan di kalangan pemuda, khususnya menyasar lingkungan kampus dengan tema kegiatan Literasi Keuangan Goes to Campus. Mulai dari UI, IPB, UNY, Unpar, Universitas Islam Riau, dan lain sebagainya telah rampung mengadakan workshop tersebut dengan harapan pemuda dapat mengambil peran besar dalam peningkatan literasi keuangan di tengah-tengah masyarakat. Apalagi pasca kejadian ratusan mahasiswa IPB yang terjerat penipuan investasi bodong dan banyaknya kasus serupa di tengah-tengah rakyat semakin meyakinkan pemerintah agar literasi keuangan menjadi hal yang perlu ditingkatkan teruitama di kalangan pemuda. Sehingga pemuda, yang dinilai sebagai pelaku ekonomi potensial tersebut tidak lagi menjadi job seeker tetapi job creator.

            Namun, menjadi pertanyaan besar dan mendasar, benarkah berbagai problem keuangan yang menimpa rakyat khususnya pemuda itu hanya karena kurangnya literasi keuangan mereka? Apakah benar peran pemuda terpenting saat ini sebatas menjadi job creator dan pendongkrak ekonomi semata?

Dari perspektif Islam, sebagai agama yang dianut mayoritas peenduduk Indonesia, ternyata pangkal dari berbagai masalah keuangan tersebut adalah karena riba. Maraknya pinjol dan investasi bodong di tengah umat, baik yang illegal maupun legal di bawah pengawasan OJK sama-sama berbasis ribawi. Padahal jelas, Allah dan Rasull-Nya telah banyak memperingatkan kaum muslim tentang bahayanya riba. Apalagi dorongan kuat menjadikan pemuda sebagai pembisnis tidak diimbangi dengan pembekalan ilmu muamalah syar’i. Padahal, khalifah ke dua dalam Islam sekaligus salah satu sahabat terbaik Rasulullah, Umar bin Khattab mencontohkan dengan melarang keras siapapun masuk ke pasar dalam rangka berniaga jika dia belum faham ilmu mu’amalahnya.

Selanjutnya, peran pemuda yang dalam sistem kapitalisme dilihat potensinya dari segi ekonomi saja, baik sebagai objek pasar (penggila fashion, penikmat kuliner, haus healing dan traveling) maupun sebagai subjek pendongkrak ekonomi, (job seeker dengan standar gaji rendah, content creator dengan seribu cara viral, serta wirausahawan karbitan), sejatinya melenceng dari fitrahnya sebagai pemuda. Pemuda semasa hidupnya di dunia kampus, semestinya fokus dalam menimba ilmu, tidak dibebani dengan berbagai target ekonomi. Walhasil, pemuda hanyalah sebagai target eksploitasi dan menjadi tumbal ekonomi kapitalis semata.

Berbeda dengan Islam yang benar-benar menjadikan pemuda sebagai agen perubahan.  Islam memiliki cara terbaik untuk memberdayakan pemuda sesuai dengan potensinya  untuk kebaikan umat manusia,  dan tidak mengebirinya hanya sebagai budak kapitalisme. Dalam proses menimba ilmu, Islam mencurahkan dukungan optimal agar tercipta kaum intelektual berkualitas dan berintegritas. Mulai dari mudah dan murah dalam menuntut ilmu serta fasilitas dan teknologi penunjang pendidikan termutakhir. Islam pun mencetak pemuda yang peduli, visioner dan pemimpin umat melalui pembinaan-pembinaan masif dan terstruktur sesuai dengan nilai dan aqidah Islam, sehingga keberadaannya di tengah-tengah umat sangat dirasakan dan benar-benar dibutuhkan.

Maka sangat wajar terdapat pemuda sekelas Usamah bin Zaid (18 tahun) menjadi pemimpin pasukan yang anggotanya adalah para pembesar sahabat seperti Abu Bakar dan Umar untuk menghadapi pasukan terbesar dan terkuat di masa itu. Sa’d bin Abi Waqqash (17 tahun) yang pertama kali melontarkan anak panah di jalan Allah dan termasuk dari enam orang ahlus syuro. Zaid bin Tsabit (13 tahun) sang penulis wahyu. Dalam 17 malam mampu menguasai bahasa Suryani, sehingga menjadi penerjemah Rasul Shallallu’alalihi wasallam. Hafal kitabullah dan ikut serta dalam kodifikasi Al Qur’an. Dan banyak lagi yang lainnya.

Sudah saatnya pemuda bangun dari lelap tidurnya dan menyadari siapa kapitalis sesungguhnya. Pemuda harus bangkit dan mengembalikan peran utamanya dengan Islam, jangan mau dibajak sekedar sebagai pendongkrak ekonomi kapital. Pahami, pelajari dan amalkan Islam kaffah untuk keluar dari jeratnya, lalu berusaha ambil bagian dalam perjuangan menolong agama Allah. Wallohu’alam bi showab.


No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan menggunakan bahasa yang sopan, jika tidak maka admin akan memasukkannya dalam kategori spam.

Anggaran IKN Melambung Tinggi: Untuk siapa?

              Meski banyak pro kontra sejak diwacanakannya, pemindahan ibu kota negara  Indonesia yang lebih dikenal sebagai Ibu Kota Nusant...