Pernahkah
kawan merasakan kegagalan? Saya rasa pernah, karena kegagalan yang saya maksud
adalah segala sesuatu yang diluar batas target pencapaian yang seharusnya.
Misalnya saja kita telat masuk kuliah, maka itu merupakan kegagalan kita dalam
mengatur waktu. Kita terjebak macet dijalan berulang kali, itu merupakan
kegagalan kita dalam menganalisa dan memperhitungkan segala kemungkinan
diperjalanan. Kita telat bangun, itu merupakan kegagalan kita dalam meneguhkan
hati untuk bangun tepat pada wakunya. Jadi, segala hal yang keluar dari batasan
yang seharusnya, itu adalah kegagalan.
Sekarang, mari kita renungkan.
Ketika kita bangun kesiangan, hal pertama apa yang kita salahkan? Apakah karena
alarmnya tidak berfungsi? Apakah karena tidur terlalu malam gara-gara
mengerjakan segudang tugas? Apakah karena teman kita tidak membangukan? Apakah
karena kasur kita terlalu nyaman? Apakah karena kita tidak enak badan? Apakah
karena kita terlalu banyak amanah sehingga kecapean? Ataukah karena…karena… dan
karena yang lain? Lihat, betapa banyaknya kita mencari alasan.
Ketika kita telat masuk kuliah,
hal pertama apa yang kita kambing hitamkan? Angkotnya penuh? Supirnya lelet?
Angkotnya ngetem? Diperjalanan macet? Kamar mandi ngantri? Terlalu banyak tugas
yang belum terselesaikan? Ada lagi alasan yang lain?
Ketika sehari saja kita tidak
baca Al-Qur’an, apa hal pertama yang kita salahkan? Sibuk? Tidak ada jeda
waktu? Lupa bawa Al-Qur’an? Banyak tugas? Banyak amanah?
Astaghfirullah.. Astaghfirullah..
Astaghfirullah..
Itulah kurang lebih pengalaman
saya pribadi dan orang-orang terdekat yang saya amati. Apakah kawan pun
demikian? Jika saya ambil hipotesis sementara, ternyata faktor kegagalan kita paling
banyak disebabkan oleh diri kita sendiri. Jika boleh saya asumsikan, 70%
penyebab kegagalan kita dikarenakan karena diri kita sendiri, dan 30% faktor
dari luar kita. Mengapa demikian? Mari kita renungkan kembali.
Ketika kita bangun kesiangan,
hal pertama yang kita salahkan biasanya adalah karena alarmnya tidak berfungsi.
Padahal ketika kita sudah bertekad pada
diri sendiri untuk bangun tepat waktu, kita pasti bisa. Jika karena tidur terlalu malam gara-gara
mengerjakan segudang tugas, maka itu merupakan kegagalan kita dalam mengatur
waktu kita. Mengapa kita tidak menyicil tugas kita dan kita tidak berusaha
mengefektifkan waktu kita? Contohnya saja ketika kita mencari bahan tugas
ataupun menyusun tugas, kita masih sempat untuk smsan atupun fb-an, twitteran,
dll. Jika karena teman kita tidak membangukan, maka kita
harus bertanya kepada diri kita, sudah berapa umur kita? Sampai kapan kita akan
bergantung terhadap orang lain? Jika karena kasur kita terlalu nyaman, ini
merupakan alasan yang sangat kekanak-kanakan. Jika karena kita tidak enak
badan, perlu ditanyakan juga, apakah kita sudah maksimal menjaga kesehatan
kita? Jangan-jangan kita mengabaikan perut kita, jangan-jangan kita makan
sembarangan, dll. Jika karena kita terlalu banyak amanah sehingga kecapean,
maka kita juga perlu mempertanyakan kepada diri kita, sudah tahukah kita akan
konsep menegemen priotitas, menegemen resiko, menegemen waktu serta kaidah
kausalitas?
Jadi jelasah bahwa, jika ada orang
yang harus disalahkan atas kegagalan yang kita alami, maka orang itu adalah “aku”,
alias diri kita sendiri. Bukan orang lain yang menjadi penyebab kegagalan kita,
bukan pula suatu kondisi yang seperti apapun, tapi yang paling besar penyebab
kegagalan itu adalah diri kita sendiri. Maka, marilah kita selalu introsfeksi
diri ketika kita mengalami kegagalan atau kekecewaan, karena bisa jadi itu
adalah buah dari kelalaian kita, hasil dari perbuatan kita. Bisa jadi itu
adalah teguran buat kita dari Allah, karena mungkin ada suatu hal yang telah
kita lakukan tanpa Allah ridho.
Akhir kata saya tuliskan, bahwa
tulisan ini merupakan buah dari kegagalan saya atas suatu hal. Lagi-lagi selalu
saya katakan, saya bukan bermaksud untuk menceramahi siapapun, namun ini adalah
rasa cinta saya terhadap semua saudara seiman saya, agar bisa ikut mengambil
pelajaran dari kekeliruan yang telah saya lakukan. Semoga kita bisa menjadi
orang yang selalu terus belajar dan mampu memperbaiki diri sehingga Allah ridho
terhadap setiap aktifitas kita. Aamiin..
“Janganlah
Kita berdiam diri dengan SISTEM yang menghambat ketakwaan sempurna kita kepada
Allah, tapi berjuanglah. Namun, selagi kita memperjuangkan untuk Kebangkitan
Islam, jangan pula lah diri kita ikut menghambat ketakwaan kita kepada-Nya.
Selalulah bermuhasabah diri.”
Wallohu’alam bi ashowab..
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan menggunakan bahasa yang sopan, jika tidak maka admin akan memasukkannya dalam kategori spam.