Tulisan ini didedikasikan untuk hari pertama UAS saya yang
kelabu. Kok bangga ya UASnya fail?
Bukan bangga, tapi hanya ingin berbagi cerita, barangkali bisa diambil
hikmahnya. Atas kecerobohan dan kesalahan saya pribadi, UAS di hari pertama
berjalan lancar menuju kegagalan. Berawal dari kemalasan belajar diperlengkap
dengan ingatan yang salah mengenai jadwal UAS yang seharusnya jam 8 tapi muncul
di ingatan jam 10. Dan sayangnya saya baru tersadar akan kekeliruan saya
setelah setengah jam berlalu. Itu pun karena ada teman yang sms [thanks a
lot my friend]. Kira-kira tiba di ruang ujian dengan sisa waktu 60 menit.
Hahaha, dramatis sekali.
Its Ok, tak masalah. Dalam waktu yang singkat itu saya hanya
mampu mengisi sebagian saja, itu pun tak selesai. Maklum, saya belajar di kost
untuk menurunkan rumus dengan soal yang sama butuh lembar jawaban yang banyak,
2 lembar alias 4 halaman! Bayangkan! (o_o) Tapi saya tetap mencoba untuk ber-positif
thinking. Mengingat usaha saya di UTS terbilang gemilang, dan tugas-tugas
saya tak ada aral melintang. Bahkan bisa dibilang saya egois, tak memberikan
kesempatan pada orang lain membuat tugas. Atau apa mungkin lebih tepatnya orang lain tak mau peduli
dengan tugas kelompoknya? Ya sudah, apa pun itu yang jelas saya sudah
memberikan yang terbaik bagi tugas-tugasnya. Terlebih dosen mata kuliah ini
adalah wali dosen saya sendiri. Semoga beliau dapat memaklumi. Syukur-syukur
dapat kesempatan remidi, apa lagi kalau bapak terlampau baik hati, nilai bagus
tanpa ujian diperbaiki. Xixixixix :P [keinginan hati]
Mengingat pemaparan masalah di atas [hehehe, kayak makalah aja
kata-katanya, #efek angkatan tua yang mikirin TA], terbitlah tulisan ini.
Sesuai dengan judul, tulisan ini bertujuan untuk merefresh kembali sebuah bucil
yang pernah saya baca sewaktu duduk di bangku putih abu-abu. Sebenarnya
sebelumnya saya pun pernah menulis mengenai diri sendiri yang menjadi faktor
terbesar kegagalan diri [baca disini] serta mengenai Easy Goinger [baca
disini]. Memang benar apa kata Ust. Felix Siauw, untuk menjadi habits perlu repetition
dan practice. Jadi, untuk
mengingat teori pun tak cukup hanya membaca sekali, tapi perlu berulang kali.
Dalam resume bucil dari Izzatul Jannah ini, teman-teman akan dapat membuat
hidup lebih terencana. Menagapa kita harus merencanakan hidup kita? Ingat aja
kata Hasan Al Bana, kewajibanmu lebih banyak dari waktu yang tersedia.
So, tata hidupmu agar lebih bermakna.
1. Easy Gong
Is..
Easy going berarti suka menggampangkan alias nggak mau repot. Pokoknya
hidup itu santailah, gak perlu dibikin sulit. Kalau kata Ust. Felix [lagi-lagi
mengutip kata beliau :P] kumaha engke, lain engke kumaha. Artinya gimana
nanti, bukan nanti gimana. Jadi, dia berpikir bahwa hidup itu mengalir bagaikan
air, gak bisa diapa-apain. Padahal itu salah besar!
2. Ciri-Ciri
Easy Goinger
Sebelum masuk pada ciri-ciri easy goinger, coba telaah dulu nih
kata-kata fisikawan yang satu ini [kalo kata dosen saya sih dia pemulung yang
ulung. heheh kenapa pemulung? Karena rumus-rumus yang dia temukan atas ramuan
dari rumus yang ada sebelumnya, kalo gak salah rumus dari Faraday, Ampere dan
Gauss]
John Maxwell:
“Hard work is the accumulation of easy things you didn’t do when you
should have”
-kerja keras adalah kumpulan dari hal-hal mudah yang tidak kau
kerjakan saat seharusnya kau kerjakan-
Kata-kata itu juga yang sering dosen elektronika saya ucapkan di
perkuliahan. Emang bener sih. Makanya ketika UTS/UAS kita merasa kesulitan
patut dipertanyakan, habis belajar di kelas buku materinya langsung diulang
dipelajari atau ditumpuk nunggu ujian? [jawab sendiri :P]
Apa aja sih performance dari Easy Goinger?
a. Suka menunda pekerjaan
Padahal Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang hari ini sama dengan
hari kemarin, maka ia merugi dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari
hari kemarin maka ia bodoh”
Diperlengkap sama pribahasa yang mengatakan: “The past is dead, the future
is imaginary, happiness can only be in the eternal now moment” –masa lalu itu
sudah tidak berlalu (mati), masa mendatang masih dalam angan-angan, sedangkan
hanya pada masa sekarang itulah kebahagiaan akan didapatkan-
So, jika kita bisa MELAKUKANNYA sekarang, mengapa harus MENUNDANYA
besok???
b. Ogah Disiplin
Disiplin itu dalam bahasa Yunani artinya menggenggam erat, kalo dalam
bahasa Arab artinya aturan. Ya bisa disimpulkan disiplin itu mengenggam erat,
komitmen, dan konsisten pada aturan yang telah ditetapkan. Kalo kata seseorang
sih “Disiplin itu beratnya berons-ons, tapi penyesalan beratnya berton-ton”.
Hayo mau pilih yang mana? Menanggung berat dalam satuan ons atau ton? [jawab
sendiri :P]
Allah pun berfirman dalam surat Ad-Dukhan ayat 13:
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata : Rabb kami adalah Allah
kemudian mereka istiqomah, maka tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula
berduka cita”
Istiqomah == konsisten
Kata John Maxwell [lagi :P]:
“Disiplin berarti sebuah pilihan dalam hidup, untuk memperoleh sesuatu
yang kadang kita inginkan, dengan melakukan sesuatu yang kadang tidak kita
inginkan”
artinya, disiplin itu sulit, tapi mungkin untuk dilakukan. --> cara berpikir the
winner, masih ingat kan? kalo lupa baca lagi ja disini
c. Malas Mengembangkan
Keterampilan
Kita adalah apa yang kita kerjakan berulang-ulang. Kalo ingin lebih
jelas baca buku How to Master Your Habits karya Ust. Felix Siauw. Makanya aneh
ketika kita menginginkan sesuatu, misal ingin jadi penulis, tapi sehari-harinya
jarang bikin tulisan. Atau misal kita ingin menjadi peneliti di bidang nuklir,
tapi buat baca materi tentang nuklir ja ogah, dan sebagainya. Ingat, kita bisa
karena biasa!
Kalo kata Mr. Stephen R. Copey:
“Kebiasaan (habit) adalah titik temu dari pengetahuan (knowlage),
keterampilan (skill), dan keinginan (desaire). Pengetahuan adalah apa dan
mengapa harus dilakukan, sedangkan keterampilan adalah bagaimana melakukannya,
dan keinginan adalah kemauan untuk melakukannya.”
d. Tidak memahami prioritas
Prioritas adalah mendahulukan yang utama. Jelas sebagai seorang muslim
sudut pandang prioritasnya adalah hukum syara’, wajib, sunah, mubah, makruh,
haram. Biasanya kalau menyangkut kebutuhan hidup, patokannya adalah primer,
skunder, dan tersier.
3. Bagaimana
Menjadi by Planner?
a. Punya visi-misi dalam hidup
Itu merupakan upaya untuk berikhtiar mengusahakan agar hidup kita
menjadi lebih berkualitas, bermutu, dan berprestasi hingga akhir hayat.
Tentunya target yang kita buat harus targetan yang terukur dan mampu dicapai.
Dan jelas juga harus ada usaha untuk mencapainya, tidak hanya ditulis saja.
Berikut contoh target kecil saya sewaktu SMA:
Jangka Pendek: Rangking 1 di kelas, atau paling tidak rangking 2.
Masuk tiga besar juara umum --> setengahnya tercapai
Jangka Menengah: Prestasi selalu meningkat sehingga diterima
PMDK/SNMPTN -->
melebihi target :D
Jangka Panjang: Bisa kuliah di jurusan sains khususnya Matematika.
Menjadi guru MTK yang berkualitas dan dapat merasakan pendidikan di luar
negeri, khususnya Jerman -->
sedang dalam pencapaian. Dan saya rasa sekarang ada kenaikan penargetan.
Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang dipersiapkan untuk hari esok dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (TQS. Al-Hisyr: 18)
b. Tentukan sasaran kita
Step one: hitunglah biayanya
Step two: Tuliskan
Step three: Laksanakan -->
Take it or live it!
Step four: Gunakan momentum yang tepat
Step five: Ikat dirimu dengan orang lain yang shalih
Kenapa butuh orang lain? “No matter how intelligent and talented you
are, you can’t do it by yourself alone.” -->
Harvey Mckay
Menjalin hubungan dengan orang lain adalah cerdas untuk menjadi orang
cerdas, sebab kita tidak bisa hidup sendirian.
Tak ada nanti, tak ada esok hari, yang ada hanya hari ini: Untuk apa
kita ada??
c. Mengatur prioritas hidup
4. Wise Man
Saya
Jangan tunda sampau besok, apa yang bisa kita kerjakan lusa!
Sesungguhnya dibalik kesukaran ada kemudahan (Al-Insyiroh:6)
Permulaan adalah separuh dari segala amalperbuatan, so
MULAILAH!
Hiduplah sesuka hatimu, sesungguhnya kamu pasti akan mati.
Cintai siapa saja yang kamu sayangi, sesungguhnya kamu pasti
akan berpisah dengannya.
Lakukan apa saja yang kamu kehendaki, sesungguhnya kamu akan
memperoleh balasannya.
-THE END-
Semoga kegagalan ini awal dari kesuksesan. So berjuanglah!
Halo... tes tes...
ReplyDelete